Perpusnas Selenggarakan Temu Ilmiah Berdirinya Perpustakaan Nasional RI

Format: website
Bahasa: ind
Terbitan: Perpustakaan Nasional RI , 2004
Subjects:
Online Access: http://kelembagaan.perpusnas.go.id/beranda/berita/index.php?box=dtl&id=389
http://kelembagaan.perpusnas.go.id/Digital_Docs/images/activities/news/normal/sejarah04062004.jpg
Daftar Isi:
  • Jakarta - Temu wicara kesejarahan dibuka oleh Paul Permadi selaku moderator, dengan menyitir sejarawan Sir John Seely "...kita mempelajari sejarah agar menjadi lebih bijak. Ihwal kesejarahan Perpustakaan Nasional menurut Soekarman Kartosedono, dibutuhkan waktu dan jalan yang berliku, dikarenakan kondisi Indonesia pada saat itu memang tidak menguntungkan secara finansial. Indonesia bukan tidak ingin mendirikan perpustakaan nasional secara dini, tetapi yang tidak ada adalah keuangan negara. Pada awal kemerdekaan sudah direncanakan, bahkan sudah di rancang untuk mendirikan gedung perpustakaan dengan 12 tingkat, kemungkinan rancangannya masih ada di Museum. Tetapi sekalipun perpustakaan nasional pada saat itu belum terlaksana namun Indonesia berhasil membangun lima belas ribu perpustakaan umum hanya dalam waktu empat tahun. Dengan demikian Indonesia berhasil mengembangkan perpustakaan yang berasas pemerataan dan tampak sangat efektif dalam mencapai usaha mencerdaskan masyarakat secara cepat. Masih menurut Soekarman gagasan pemikiran perlunya sistem nasional perpustakaan dapat diamati dalam pidato Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, pada tanggal 25 Maret 1954. Dalam pidato tersebut dikatakan bahwa untuk mendirikan perpustakaan nasional yang besar di Jakarta adalah mudah, tetapi pemerintah Indonesia telah mengambil jalan lain, yaitu mengadakan buku-buku yang baik bagi rakyat umum di seluruh negara. Sementara Prof DR. Sulistyo-Basuki dalam paparanya menyarankan agar dalam penyusunan Sejarah berdirinya Perpustakaan Nasional harus melihat juga berdirinya Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschap yang merupakan cikal bakal perpustakaan Museum Pusat, disamping itu makalah Mastini yang berjudul "pentinga perpustakaan Nasional bagi Indonesia" patut untuk dijadikan pedoman, demikian juga pendapat Dunningham dan para ahli lainya. Pertemuan ini terselenggara dalam rangka menyusun sejarah Perpustakaan Nasional RI yang paripurna, Perpustakaan Nasional menyelenggarakan Temu Ilmiah Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional RI. yang di laksanankan pada hari Jumat 4 Juni 2004 di Gedung Theater Perpustakaan Nasional RI jalan Salemba No. 28A Jakarta. Sejatinya buku sejarah Perpustakaan Nasional RI tersebut akan diluncurkan bersamaan dengan 25 tahun berdirinya Perpustakaan Nasional pada tahun 2005 nanti. Dalam pertemuan ini bertindak sebagai pembawa makalah adalah DR. Soekarman MLS dan WW Sayangbati-Dengah, mereka itu terlibat langsung dalam perjuangan mendirikan Perpustakaan Nasional. Sementara penyaji makalah yang mengedepankan Perpustakaan Nasional masa kini adalah Drs. Supriyanto, M.Si. selaku Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional. Sedangkan yang bertindak sebagai pembahas kertas kerja adalah Prof DR. Sulistyo-Basuki. Paul Permadi menutup temu wicara dengan ungkapan "..we learn the library behind but not history, because history countinues with on life". dan "...The motherland is a continuity and we are all labourers toling for its". Ibu negeri adalah kesinambungan dan kita adalah pekerja-pekerja yang membangun untuk kebesarannya.