PANDANGAN PAUL LAFARGUE AKAN KERJA: SUATU TINJAUAN ETIS TEOLOGIS DALAM KONTEKS INDONESIA
Main Author: | WAHYU TRIAZMONO DOMIKOES |
---|---|
Other Authors: | EMMANUEL GERRIT SINGGIH, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2012
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- ABSTRAKSITulisan ini diinspirasi dari pemikiran Paul Lafargue yang menganalisa sistem dan pola kerja pada zamannya. Lafargue adalah seorang marxis yang radikal. Pemikirannya ini oleh penulis digunakan sebagai suatu perspektif dalam melihat konteks kerja di Indonesia. Terdapat kesejajaran konteks antara konteks pada zaman Lafargue dengan konteks di Indonesaia. Kesejajaran konteks inilah yang menjadikan perspektif Lafargue dalam melihat masalah kerja dianggap relevan dengan konteks Indonesia. Konteks kerja di Indonesia tidak hanya ditelanjangai dengan pemikiran lafargue, tapi konteks Indonesia sendiri juga memperkaya pemikiran Lafargue dengan kritik-kritik terhadapnya. Selain masalah sistem dan pola kerja, Lafargue melihat keberadaan masalah yang diakibatkan oleh waktu kerja yang terlalu panjang. Waktu manusia diinvasi olehSekujur kehidupan manusia didominasi oleh kerja dan membuat dimensi-dimensi diri manusia yang lain tak terperhatikan. Lafargue menawarkan suatu konsep Hak Untuk Malas. Hak untuk malas secara singkat dapat dikatakan sebagai hak seseorang untuk memiliki waktu senggang. Lebih jauh lagi hak malas merupakan kritik terhadap struktur kerja dalam yang menekankan beban kerja yang terlalu berat dan waktu kerja yang panjang. Dalam tulisan ini, dikemukakan juga pandangan Lafargue mengenai manfaatdari memiliki waktu senggang. Manfaat waktu senggang ini diperkaya oleh pandangan tokoh lain yang memiliki concern mengenai waktu senggang. Hilangnya waktu senggang memang bukan yang menjadi masalah sentral dalammasalah kerja di Indonesia, namun signifikansi akan kebutuhan waktu senggang yang membebaskan juga terdapat dalam konteks kerja di Indonesia. Pandangan Lafargue mau mengetengahkan pentingnya seseorang melihat peranan kerja sebagai yang mendukung hidup. Di tengah-tengah masyarakat modern yang kebanyakan menjunjung tinggi prinsip utilitarianisme, kerja justru mendominasi hidup, menghabiskan waktu hidup manusia dan menyita pemikiran manusia. Manusia tidak sempat memberi waktu pada dirinya sendiri, bagi keluarganya dan negaranya. Masyarakat mengalami degradasi kualitas hidup karena kerja yang terlalu menguras tenaga, waktu dan pikiran.vii U KDkerja dan ruang-ruang lain telah kehilangan tempat dan bobotnya dalam keseharian.WKehilangan waktu senggang telah menjadi salah satu sebab dehumanisasi dan berbagai macam degradasi dalam diri manusia. Maka dari itu dalam tulisan ini dibahas mengenai realita kerja di Indonesia dan bagaimana konsepsi orang Indonesia terhadap kerja tersebut. Tinjauan teologis dalam tulisan ini digunakan untuk melihat bahwa waktu senggang merupakan sisi kodrati manusia disamping sisi kodrati manusia sebagai manusia yang bekerja. Tuhan adalah Tuhan yang memiliki waktu senggang dan semestinya manusia demikian juga. Memberikan waktu senggang tidak hanya upaya menjawab masalah dehumanisasi dan degradasi hidup manusia namun juga berarti mengembalikan manusia pada kodratnya.U KDviii W