PERAN PENDETA DALAM PENGGEMBALAAN UMUM DI JEMAAT GKI KLASIS YOGYAKARTA
Main Author: | EVY MURTININGSIH |
---|---|
Other Authors: | HENDRI WIJAYATSIH, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2009
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- 1BAB I PENDAHULUAN1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan, dukungan, dan kesehatan. Dalam kehidupan berjemaat, kebutuhan di atas berusaha dipenuhi dengan adanya penggembalaan. Mengingat kebutuhan setiap manusia berbeda dan selalu berkembang, maka penggembalaan juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan manusia dan selalu mengikuti perkembangan yang ada. Melalui studi dan penelitian tentang pendampingan pastoral atau yang lebih kita kenal dengan istilah penggembalaan, Donald Capps menemukan tiga peran yang dapat dijalankan oleh seorang pendeta dalam tugas penggembalaannya di jemaat lokal. Tiga peran pendeta tersebut adalah pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan sebagai personal comforter atau seseorang yang membuat warga jemaat merasa nyaman dengan eksistensinya sebagai manusia yang utuh dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan,1 atau dapat juga kita sebut sebagai pribadi yang memberikan penghiburan kepada semua warga jemaat. Pada mulanya, ketiga peran ini muncul, berawal dari ketertarikan Donald Capps dengan teori Erik H. Erikson tentang delapan tahap lingkaran kehidupan manusia yang didasarkan pada ilmu psikologi. Dalam teori tersebut, Erikson mengungkapkan ada tiga hal mendasar yang dapat mengancam eksistensi manusia, yaitu kebingungan moral, kebutuhan akan penemuan arti hidup, dan perasaan malu sebagai efek luka yang dapat menyebabkan disorientasi.2 Menurut Donald Capps, tiga peran pendeta yang ditawarkannya, dapat menolong setiap warga jemaat untuk memenuhi kebutuhannya yang paling mendasar, yaitu memiliki moralitas yang baik, menemukan arti hidupnya secara positif, dan memperoleh kebahagiaan atau kenyamanan. Bagi Donald Capps, teori Erikson ini sangat bermanfaat dalam upaya penggembalaan, karena akan sangat membantu para pendeta untuk menjalankan sebuah penggembalaan yang dapat menolong warga jemaat untuk menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif,3 sehingga warga jemaat lebih mampu menjalani hidup dengan lebih bijaksana dalam berbagai keadaan. Dengan memiliki orientasi hidup yang positif, setiap orang akan mampu melewati setiap peristiwa dalam kehidupannya dengan lebih bijaksana, karena mereka percaya bahwa Tuhan selalu bekerja dalam setiap peristiwa dalam hidupnya untuk membentuknya menjadi manusia yang lebih baik.1 2Donald Capps, Life Cycle Theory and Pastoral Care, Philadelphia : Fortress Press, 1983, hal. 10 Donald Capps, Life Cycle Theory and Pastoral Care, hal. 14 3 Donald Capps, Life Cycle Theory and Pastoral Care, hal. 92 Dalam konteks Gereja Kristen Indonesia (selanjutnya disebut dengan GKI) juga dikenal istilah penggembalaan. Berdasarkan tata gereja GKI, penggembalaan merupakan pelayanan yang dilakukan di dalam kasih untuk mendukung, membimbing, menyembuhkan, dan mendamaikan agar anggota jemaat baik secara individu ataupun komunal dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah.4 Untuk mencapai tujuan tersebut, ada dua jenis penggembalaan yang dikenal di GKI, yaitu penggembalaan khusus dan penggembalaan umum. Penggembalaan khusus juga sering disebut dengan istilah disiplin gereja. Penggembalaan khusus dikenakan bagi warga jemaat yang tindakannya bertentangan dengan Firman Tuhan dan ajaran GKI, serta menjadi batu sandungan bagi orang lain. Tujuan penggembalaan khusus, ialah supaya warga jemaat yang bersangkutan menyesal dan mohon pengampunan dari Tuhan, serta bertobat.5 Sedangkan penggembalaan umum adalah penggembalaan yang dilakukan secara terus-menerus melalui kebaktian, perkunjungan pastoral, percakapan pastoral, surat penggembalaan, dan bentuk-bentuk penggembalaan yang lain.6 Jadi penggembalaan umum merupakan penggembalaan yang ditujukan kepada semua warga jemaat, baik yang sedang mengalami permasalahan yang berat ataupun mereka yang tidak sedang mengalami permasalahan, tetapi tetap membutuhkan bimbingan dan pemeliharaan. Sedangkan penggembalaan khusus ditujukan kepada warga jemaat yang tindakannya bertentangan dengan Firman Tuhan dan ajaran GKI. Selama tindakan warga jemaat tidak bertentangan dengan Firman Tuhan atau ajaran GKI, mereka tetap berada dalam penggembalaan umum. Melalui dua bentuk penggembalaan ini, GKI berusaha untuk memenuhi tugas dan fungsi penggembalaannya, supaya warga jemaat dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. Nampaknya, tujuan GKI dalam penggembalaan tidak bertentangan dengan penemuan Donald Capps tentang arti penting seseorang untuk menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif. Dengan memiliki orientasi hidup yang positif, orang dapat bersikap lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai keadaan. Dengan demikian, anggota atau warga jemaat dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. Namun, apakah bentuk-bentuk penggembalaan yang dilakukan oleh GKI juga mampu menolong warga jemaatnya untuk memenuhi kebutuhannya yang paling mendasar sesuai yang dijelaskan di awal, sehingga warga jemaat mampu menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif? Dan bagaimanakah peran pendeta GKI dalam penggembalaan? 2. PERMASALAHAN YANG DIANGKAT Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, kita dapat melihat bahwa GKI memiliki konsep yang cukup menarik dalam penggembalaan. Namun dengan adanya tawaran tiga peran pendeta dari Donald Capps yang tidak kalah menarik, maka penulis akan melakukan penelitian. Melalui penelitian4 5Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, Jakarta : BPMS GKI, 2003, pasal 33, hal. 63 Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, pasal 35, hal. 64 6 Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, pasal 34, hal. 64