Doa Di Taman Getsemani Menurut Injil Lukas (Lukas 22:39-46)
Main Author: | ABDIEL BOPHA DJENTORO |
---|---|
Other Authors: | M.W. WYANTO, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2010
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- ABSTRAKSISituasi kritis merupakan situasi yang biasa dijumpai dalam kehidupan manusia. Meski tidak setiap saat dialami namun biasanya situasi ini sangat menentukan berhasil atau gagalnya suatu usaha atas tujuan yang akan dicapai. Situasi kritis bisa muncul dari latar belakang permasalahan yang beraneka ragam mulai dari kesehatan, ekonomi, pekerjaan, persahabatan, perkawinan, bahkan sampai dengan hal-hal yang dianggap sepele. Yang pasti, situasi ini bukanlah situasi yang banyak diharapkan oleh semua pihak karena mengandung unsur-unsur yang berlawanan dari kegembiraan, kesukacitaan, kebahagiaan, ketentraman, kenyamanan, dsb. Artinya situasi kritis ini justru lebih sering membawa unsur-unsur kegelisahan, kesedihan, ketakutan, kecemasan dsb. bagi orang-orang yang sedang mengalaminya.jemaat secara acak yang bersedia membagi pengalaman hidupnya, situasi kritis memang tidakmereka sendiri atau orang lain berkenaan dengan sikap atau perilaku yang dipilih. Misalnya: seseorang yang jujur berada di lingkungan kerja yang korup. Lingkungan ini semula bukansituasi kritis karena muncul pertentangan baik yang bersumber dari diri sendiri maupun orangorang di sekitarnya meski sejak awal sudah berupaya menghindarinya. Harus diakui, pada situasi demikian doa menjadi sangat bermakna. Oleh karena itu, bila situasi kritis itu datang yang perlu dilakukan hanyalah berdoa lalu menyerahkannya kepada Tuhan niscaya situasi itu berlalu dan persoalannya selesai dengan sendirinya. Sejauh pengamatan, perilaku seperti ini tampak jelas dalam isi doa-doa yang dipanjatkan dalam doa syafaat kebaktian maupun ketika mendoakan orang yang sedang mengalami musibah. Pengalaman beberapa anggota jemaat ini tentu menarik karena sekilas memperlihatkan relasi dirinya dengan Tuhan yang seakan-akan dekat tapi jika dicermati lebih lanjut tampak bahwa sesungguhnya yang terjadi adalah ketika situasi kritis itu datang yang dilakukan adalah berdoa memohon kepada Tuhan agar merampungkan permasalahannya yang diikuti sikap yang cenderung diam, pasif, menunggu perkembangan situasi tanpa melakukan sesuatu yang bersifat pro-aktif meski akibat negatif dari situasi itu mengenai dirinya sendiri (korban). Dengan kata lain, doa dijadikan sebagai tempat pelarian ketika mendapatkan jalan buntu dalam menghadapi masalah atau tekanan hidup yang berat. Ini sama saja dengan memaksa Tuhan turun jabatan sebagai problem solver sementara pihak yang terkait persoalan sebagai trouble maker-nya malah cuci tangan.MILIKUmasalah. Namun, setelah berjalan beberapa lama ternyata bisa menyeret dirinya ke dalamKDmuncul tanpa sebab melainkan sebuah akibat atau risiko atas tindakan yang dilakukan olehWDari hasil wawancara informal yang saya lakukan di lapangan terhadap beberapa anggotaLebih menarik lagi adalah tindakan ini dilakukan semata-mata karena meneladan Yesus ketika mengalami situasi yang bisa dikatakan serupa di Taman Getsemani. Mengalami situasi kritis lalu berdoa dan seakan menerima begitu saja kehendak Bapa-Nya. Injil Lukas yang memperlihatkan sisi kemanusiaan Yesus secara khusus dalam kisah Di Taman Getsemani (Luk 22:39-46) memang memberikan keteladanan bagaimana menghadapi situasi kritis terutama melalui doa Yesus seperti yang tercantum pada Injil Lukas 22: 42 yaitu, Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi. Tetapi Lukas tidak hanya berhenti di sini karena ia juga memperlihatkan doa Yesus ini sebagai wujud ketaatan dan kepasrahan Yesus kepada BapaNya. Dan alasan inilah yang sebenarnya mendorong beberapa anggota jemaat tersebut untuk memilih sikap yang cenderung diam itu karena bagi mereka, sikap ini merupakan bentukMILIKUKDWketaatan dan kepasrahan mereka kepada Bapa.