MAKNA PERNYATAAN PERHAMBAAN ISRAEL TELAH USAI DALAM YESAYA 40: 111
Main Author: | SIDIK ELI LAHAGU |
---|---|
Other Authors: | ROBERT SETIO, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2007
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- ABSTRAKSIBeberapa tahun belakangan ini, dunia dikejutkan dengan fenomena teroris. Semua orang merasa terancam dan diselimuti ketakutan. Bukan saja karena dampak dari serangan pihak teroris bisa melukai dan membinasakan siapa saja, tetapi juga karena ideologi yang para pelaku teror usung tidak jarang sangat ekstrim sehingga mengancam stabilitas keamanan suatu bangsa. Namun yang lebih takut dan merasa kebakaran jenggot adalah pihak-pihak yang sering disebut secara terang-terangan oleh pelaku teror sebagai musuh utama yang harus dilumpuhkan dalam berbagai media, dan terbukti serangan yang direncanakan oleh mereka sejauh ini belum banyak yang berhasil digagalkan. Tema utama yang diusung adalah seputar agama, penindasan dan keadilan. Terlepas dari apakah tindakan dan pemahaman mereka atas semua tema itu benar atau tidak, tentu membutuhkan perhatian khusus untuk memahami hal ini Di samping itu, hal lain yang patut mendapat perhatian adalah tanggapan atau reaksi yang diberikan terhadap para pelaku teror. Hal yang paling menonjol di antara semuanya adalah mereka diklaim keliru, berat sebelah1 memahami ajaran agama yang mereka dengung-dengungkan. Lalu muncul perdebatan apakah sifat berat sebelah dalam menafsir teks merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari? Atau justru sikap demikian yang memang dikehendaki oleh para pengusung tafsir itu sendiri? Nampaknya yang disebut terakhir inilah yang lebih sesuai. Artinya hasil tafsir yang dihasilkan berat sebelah karena memilih menafsir teks dengan penekanan pada hal-hal dianut dan mendukung ideologi sang penafsir. Dengan perkataan lain, hasil tafsir memiliki kaitan erat dengan kepentingan sang penafsir. Seiring dengan pemahaman tentang realita dan teks seperti dikemukakan di atas, dalam dunia tafsir muncul pertanyaan benarkah hanya para pelaku teror di zaman kita ini yang memahami Firman TUHAN berat sebelah? Kalau kita telusuri lebih jauh, secara tidak sadar kita pun diantar kepada pemahaman bahwa teks-teks dari Kitab Suci ada juga yang berat sebelah dan mungkin keliru dalam melihat realitas. Yesaya 40: 111 misalnya, sekaligus yang menjadi fokus penelitian penulis dalam skripsi ini. Di ayat 2 secara khusus dikatakan bahwa perhambaan Yerusalem (Israel) telah usai. Lebih aneh lagi yang mengatakan perhambaan Israel telah usai adalah TUHAN sendiri melalui perantaraan nabi. Apakah arti dari semua ini? Mungkinkah TUHAN berbohong sehingga menyampaikan sesuatu yang justru bertentangan dengan fakta sejarah? Hampir semua para ahli sejarah Israel mengakui bahwa sejak peristiwa besar yang melanda Israel seperti: pembuangan, kepulangan ke Palestina, maka sejak saat itu pula Israel diakui tidak pernah lepas dari penguasaan bangsa lain.2 Dapatkah pernyataan ini dipahami semata-mata pergumulan teologis orang Israel pada saat itu sehingga kita perlu melihat ungkapan itu sendiri dalam bingkai pemikiran teologis dan tidak perlu menafsirkannya dari kaca mata sejarah saja.