HUBUNGAN SEKS DALAM AJARAN ISLAM
Main Author: | DENNY YUDHA ALEXANDER T. |
---|---|
Other Authors: | DJAKA SOETAPA, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2009
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- 1BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Permasalahan Ketika Tuhan Allah menciptakan dunia ini, Dia menciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan. Termasuk juga manusia. Tuhan Allah tidak menciptakan manusia satu jenis saja, tetapi berlawanan jenis, diciptakanNyalah laki-laki dan perempuan. Hal ini sangat jelas dikatakan di dalam Kitab Kejadian 1 : 27 yang berbunyi demikian :Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia: laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka.Tuhan Allah tidak hanya menciptakan laki-laki saja atau perempuan saja, tetapi lakilaki dan perempuan.Pada kisah penciptaan tersebut, Tuhan Allah juga memerintahkan kepada manusia untuk bertambah banyak, dengan kata lain, Tuhan Allah memerintahkan kepada manusia untuk meneruskan keturunannya di muka bumi ini, sehingga kepada manusia dianugerahkan instink untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan. Tuhan Allah telah memperlengkapi itu dengan alat kelamin dan hasrat (nafsu) seks untuk saling bercinta kepada manusia, agar manusia dapat meneruskan keturunannya1. Hal ini mengisyaratkan bahwa sejak awal Tuhan Allah menciptakan manusia, sejak itu pula seks berada di muka bumi ini. Ketika Tuhan Allah menciptakan manusia, di saat itu pula seks diciptakan, dengan demikian bisa dibilang bahwa seks juga merupakan anugerah yang diberikan Tuhan Allah kepada manusia, sebagai salah satu ciptaannya. Seks merupakan naluri lahiriah yang ada di dalam diri manusia.Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa sudah semestinya seksualitas2 bukanlah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan, akan tetapi pada saat iniAbdullah Saleh Hadrami, Seks Naluri Manusia. Diambil pada tanggal 19 November 2007. Dari http://www.kajianislam.net/modules/smartsection/item.php?itemid=65 2 Pemahaman mengenai seksualitas dalam skripsi ini, selanjutknya akan dipahami dalam konsep permasalahan hubungan seks.12hal itu hanya terjadi pada sekelompok orang saja, dengan kata lain hanya sekelompok atau sebagian orang saja yang menganggap bahwa pembicaraan tentang seksualitas pada saat ini bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Sedangkan kelompok lainnya masih menganggap bahwa pembicaraan tentang seksualitas adalah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Menurut Michel Foucault di dalam bukunya yang berjudul Sejarah Seksualitas: Seks dan Kekuasaan, menyatakan bahwa selama ini kita dipengaruhi dan dibayangi oleh norma-norma zaman Victoria, seorang ratu yang angkuh dan puritan, yang selama ini sangat mempengaruhi pandangan kita tentang seksualitas, yang berciri menahan diri, diam dan munafik3. Apalagi dibicarakan di hadapan atau dengan anak-anak. Seksualitas dianggap sesuatu yang harus dijauhkan dari pikiran anak-anak.Sekitar abad 17, seks bukanlah sesuatu yang harus ditutupi, kata-kata yang bernada seksualitas diucapkan tanpa merasa ragu-ragu, segala sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas tidak lagi disamarkan. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi sejak abad 19 sampai dengan sekarang, walaupun pada saat ini seksualitas sedikit demi sedikit mulai terbebas dari segala sesuatu yang membatasinya, dimana seksualitas tampaknya dipingit dan dibatasi pergerakkannya. Orang-orang tidak lagi berani membicarakan seksualitas secara vulgar di tempat-tempat umum. Seksualitas hanya menjadi pembicaraan antara sepasang suami istri, dan menjadi rahasia di antara mereka saja. Semua orang berpegang pada norma-norma yang mengatur tentang masalah-masalah seksualitas. Ketika ada orang yang dengan vulgar membicarakan tentang seksualitas, maka orang tersebut akan mendapat sanksi-sanksi berdasarkan norma-norma yang ada. Misalnya ketika ada orang yang membicarakan tentang seksualitas, maka dengan seketika orang-orang yang ada di sekitarnya akan menunjukkan sikap sinis kepada orang tersebut, semua orang harus menahan diri, diam dan munafik terhadap seksualitas. Seksualitas benar-benar hilang pada setiap pembicaraan umum. Ketika ada pembicaraan tentang seksualitas muncul di dalam suatu percakapan, maka segera ditumpas dan dialihkan arah pembicaraannya. Hal iniMichel Foucoult, Sejarah Seksualitas: Seks Dan Kekuasaan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1997, p.1.33sama saja tidak memperbolehkan seksualitas hadir di dalam pembicaraan atau percakapan umum.Ada begitu banyak ekspresi atau tanggapan dari orang-orang ketika ada pembicaraan tentang seksualitas. Ada yang marah, ada yang tertawa, ada yang tersenyum malumalu, ada yang takut, dan berbagai reaksi lainnya. Hal ini sering kali terjadi. Setiap orang memiliki pandangan sendiri tentang apa itu seksualitas. Mereka ada yang cukup terbuka untuk membicarakan seksualitas di tempat umum, ada juga yang sedikit terbuka, akan tetapi ada yang sangat tertutup untuk membicarakan seksualitas di tempat umum.Bagi sebagian kelompok orang yang menganggap tabu untuk membicarakan seksualitas di tempat umum, mereka akan sangat marah, kalau mendengar ada orang yang membicarakan tentang seksualitas, apalagi kalau seksualitas itu dibicarakan di depan anak-anak kecil (di bawah umur)4. Menurut mereka, anak-anak belum boleh mengetahui tentang seksualitas kalau umurnya belum cukup, karena akan mempengaruhi perkembangan kejiwaan anak. Seksualitas bukanlah bahanpembicaraan umum, seksualitas hanyalah dibicarakan di tempat-tempat tertentu saja. Menurut Foulcoult pembatasan pembicaraan tentang seksualitas pada anak-anak ditabukan karena menurut golongan Victorian (pengikut pandangan Ratu Victoria di dalam memandang seksualitas) anak-anak tidak mempunyai seks, seks hanyalah dimiliki oleh orang dewasa, oleh karena itu seksualitas sengaja ditabukan bagi anakanak, sehingga anak-anak dilarang untuk membicarakan tentang seksualitas, melihat segala sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas, menyumbat telinga ketika mendengar pembicaraan tentang seksualitas, anak-anak dibungkam dari segala sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas5.Istilah di bawah umur ini diperuntukkan bagi anak-anak yang berusia 8 18 Tahun, dan belum menikah, menurut Undang-Undang Perlindungan Anak. Sedangkan kalau menurut agama Islam, di bawah umur berarti dia belum akil bhalig. 5 Michel Foucoult, Sejarah Seksualitas: Seks Dan Kekuasaan, p.244Mereka menganggap seksualitas adalah sesuatu yang negatif, bahkan tidak jarang seksualitas diindentikkan dengan dosa perzinahan. Sehingga pembicaraan tentang seksualitas adalah sesuatu yang harus dihindarkan. Ketika pembicaraan saja sudah dilarang, maka demikian juga dengan perbuatan-perbuatan yang menjurus kepada seksualitas.Selain ada yang menganggap tabu, ada juga yang menganggap bahwa seksualitas merupakan sesuatu yang biasa. Sesuatu yang bisa diumbar sesuka hatinya. Hal ini pada akhirnya membuat seksualitas dapat dikomersilkan. Bahkan bisa dikatakan bahwa harga jual seksualitas sangat tinggi, sehingga membuat banyak produsenprodusen dari berbagai bidang berlomba-lomba mengeksploitasi seksualitas menjadi sebuah komoditi yang memiliki harga jual yang sangat tinggi. Media-media komunikasi berlomba-lomba menjadikan seksualitas menjadi salah satu produk yang ditampilkan, hal ini tidak hanya terbatas pada media cetak saja, akan tetapi juga media elektronik. Hampir di setiap koran, majalah, dan tabloid yang menggelar rubrik-rubrik atau kolom-kolom khusus yang membahas tentang seksualitas dan permasalahannya. Stasiun-stasiun televisi dan radio-radio menyediakan sebuah tayangan khusus yang juga membahas tentang permasalahan seksualitas ataupun segala sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas. Hal ini mungkin tanpa kita sadari, memang segala acara yang berkaitan dengan pornografi dilarang untuk ditayangkan, akan tetapi secara terselubung segala sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas dapat kita saksikan pada beberapa mata acara di beberapa stasiun televisi, bahkan film-film yang menurut kita tidak menampilkan tentang seksualitas, di dalamnya juga terdapat hal-hal yang menjurus kepada seksualitas, bahkan pada saat ini ada beberapa stasiun televisi yang menayangkan secara gamblang film-film yang bermuatan seksualitas, dan mata acara itu sendiri menjadi salah satu mata acara favorit, mata acara yang banyak ditonton oleh pemirsa-pemirsa. Tidak hanya itu, pada saat ini bahkan kita sudah dapat dengan mudah menemukan majalah-majalah, buku-buku dan tabloidtabloid yang khusus membahas dan menceritakan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas. Seksualitas menjadi sesuatu yang murahan.