EKSPRESI KEAGAMAAN WARGA GKJ MANAHAN PEPANTHAN BLULUKAN
Main Author: | ADELEIDE RANTE PALINGGI |
---|---|
Other Authors: | DJAKA SOETAPA, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2008
|
Subjects: |
ctrlnum |
nim-01021858 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><title>EKSPRESI KEAGAMAAN WARGA GKJ MANAHAN PEPANTHAN BLULUKAN</title><creator>ADELEIDE RANTE PALINGGI</creator><subject>Theologi</subject><description>BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Gereja adalah sebuah persekutuan dari kehidupan religius yang terpusat pada penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Persekutuan itu dibentuk oleh orang-orang yang atas pertolongan Roh Kudus menerima dan percaya terhadap penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus dan mengatur kehidupan persekutuannya di dalam suatu tatanan yang terorganisir serta terstruktur 1 . Dari sini dapat dimengerti bahwa suatu Gereja selain merupakan sebuah persekutuan, juga memiliki fungsi, yaitu untuk mengatur dan mengorganisir baik anggota jemaatnya maupun kegiatan-kegiatan dan pelayanan yang dilaksanakannya. Sebagai sebuah persekutuan yang hidup, Gereja tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana ia berada. Hal ini dikarenakan Gereja hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Pada Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ), jika di dalam suatu wilayah pelayanannya terdapat sekumpulan warga jemaat yang telah dapat mengadakan kebaktian sendiri serta dianggap mampu untuk mengatur kehidupan berjemaatnya, maka di wilayah tersebut didirikan sebuah pepanthan 2 . Wilayah-wilayah yang menjadi pepanthan di dalam GKJ, pada umumnya merupakan wilayah yang dipersiapkan untuk menjadi sebuah Gereja dewasa dengan melalui proses serta memiliki kriteria seperti yang telah ditetapkan oleh Sinode GKJ. Meskipun demikian, suatu pepanthan tetap harus berkoordinasi dengan Gereja induknya di dalam ia menjalankan pelayanan dan kehidupan berjemaatnya. Selain itu, tujuan didirikannya sebuah pepanthan adalah untuk mengorganisir kegiatan dan pelayanan yang diselenggarakan oleh Gereja induk dari pepanthan itu sendiri kepada warga jemaat yang tinggal di daerah berdirinya pepanthan tersebut. GKJ Manahan Pepanthan Blulukan berdiri pada tahun 1929 di wilayah Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar 3 . GKJ Manahan Pepanthan Blulukan ini merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKJ Manahan yang menjadi Gereja induknya. Jika melihat konteksnya123Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, Salatiga: Sinode GKJ Press, 2005, (Mukadimah). Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, Salatiga: Sinode GKJ Press, 2005, (Pasal 3 dan 4). Harsaja Padmosaputra, Sejarah Singkat GKJ Manahan Surakarta 1929 1993, Surakarta, 1993.berada (dalam hal ini lingkungan dan masyarakat di sekitar wilayah pelayanannya), dapat dikatakan GKJ Manahan Pepanthan Blulukan berada di tengah lingkungan masyarakat yang mayoritas menganut agama Islam. Hal tersebut bisa dilihat dari data statistik penduduk di Kecamatan Colomadu di mana tercatat jumlah pemeluk agama Islam adalah 47.218 jiwa sedangkan pemeluk agama Kristen Protestan berjumlah 3.157 jiwa dan Kristen Katolik berjumlah 2.533 jiwa 4 . Sedangkan, berdasarkan data statistik di GKJ Manahan Pepanthan Blulukan, jumlah warga jemaat yang tercatat adalah sebanyak 36 kepala keluarga (kk) dan total keseluruhannya adalah 131 jiwa yang terbagi atas warga dewasa 74 jiwa, warga usia lanjut 17 jiwa, pemuda 23 jiwa dan anak-anak 17 jiwa. Dari total keseluruhan warga jemaat yang tercatat secara administratif, yang aktif mengikuti Ibadah Minggu ataupun kegiatan-kegiatan Gereja lainnya adalah sebanyak 68 jiwa 5 . Warga-warga jemaat GKJ Manahan Pepanthan Blulukan tersebut bertempat tinggal di 3 (tiga) desa yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKJ Manahan Pepanthan Blulukan, yaitu: 1. Desa Paulan terdiri dari 5 kk dengan jumlah total warga 13 jiwa, 3. Desa Gonilan terdiri dari 18 kk dengan jumlah total warga 34 jiwa dan 4. Desa Blulukan terdiri dari 12 kk dengan jumlah total warga 21 jiwa. Walaupun terletak di daerah yang masyarakatnya mayoritas umat muslim, jumlah warga jemaat GKJ Manahan Pepanthan Blulukan dapat dikatakan stabil. Hal tersebut dapat dilihat di dalam data statistik GKJ Manahan Pepanthan Blulukan, terhitung sejak tahun 2001 2005 jumlah warga yang tercatat adalah sekitar 127 135 jiwa, bahkan pada akhir tahun 2006 jumlah warga yang tercatat adalah 131 jiwa 6 . Dilihat dari wilayah geografisnya, di dalam wilayah pelayanan GKJ Manahan Pepanthan Blulukan berdiri sebuah pondok pesantren yang keberadaannya telah diakui pada tingkat Nasional (Pesantren Ass-Salam) serta sebuah Universitas Islam yaitu UniversitasMuhammadiyah Surakarta (UMS). Dengan lokasi pelayanan yang berada di tengah lingkungan masyarakat yang mayoritas adalah umat muslim, GKJ Manahan Pepanthan Blulukan sebagai sebuah persekutuan tetap eksis dan aktif di dalam melaksanakan kegiatan dan kehidupan berjemaatnya hingga saat ini. Walaupun demikian, adanya perbedaan jumlah penganut agama45 6Data Statistik Penduduk Kabupaten Karanganyar (khususnya Kecamatan Colomadu) pada bulan Desember 2005 Juli 2006. Data yang dikumpulkan oleh Majelis GKJ Manahan Pepanthan Blulukan pada bulan Januari 2007 Juli 2007. Data Statistik GKJ Manahan Pepanthan Blulukan pada bulan Desember 2006.Kristen dan Islam yang sangat nyata di daerah pelayanan GKJ Manahan Pepanthan Blulukan, mengakibatkan beberapa warga jemaat GKJ Manahan Pepanthan Blulukan merasa takut untuk aktif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan maupun kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Rasa takut yang dialami oleh beberapa warga jemaat tersebut disebabkan oleh adanya peristiwa pelarangan kegiatan beribadah terhadap sebuah Gereja (Gereja Baptis Gonilan) yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka yang hampir keseluruhan adalah umat muslim. Selain itu, di dalam ceramah-ceramah di Masjid yang letaknya berdekatan dengan rumah beberapa warga jemaat pernah beberapa kali terdengar adanya penekanan dari imam mengenai umat kristiani yang dianggap kafir bagi kaum muslim. Ceramah seperti ini terkesan menempatkan umat kristiani yang tinggal di daerah tersebut pada posisi yang terjepit serta mengkondisikan mereka untuk tidak terlalu menonjolkan diri di dalam kegiatan-kegiatan pelayanan Gereja 7 . GKJ Manahan Pepanthan Blulukan berada pada situasi, kondisi dan lingkungan masyarakat yang mayoritas adalah umat muslim. Meskipun demikian, GKJ Manahan Pepanthan Blulukan tetap dapat menjalankan kehidupan berjemaatnya bahkan tetap berlangsung hingga saat ini yang dapat dilihat dari Ibadah Minggu dan juga kegiatan Sekolah Minggu yang dilaksanakan setiap hari Minggu. Selain itu, setiap dua minggu diadakan Ibadah Pemahaman Alkitab dengan tempat bergantian di rumah warga jemaat, sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh majelis. Dari apa yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa tertarik melihat bahwa hingga saat ini GKJ Manahan Pepanthan Blulukan tetap dapat menjalankan kehidupan berjemaatnya bahkan tetap eksis dengan keberadaannya sebagai sebuah Gereja di tengah-tengah lingkungan yang masyarakatnya mayoritas umat muslim. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian skripsi ini di GKJ Manahan Pepanthan Blulukan. Selain itu, penulis juga melihat adanya kenyataan mengenai pluralitas yang dihadapi oleh Gereja Kristen pada umumnya di Indonesia. Situasi tersebut sering kali menempatkan umat kristiani pada posisi yang tertekan dibandingkan dengan umat muslim di Indonesia yang jumlah penganutnya lebih besar. Hal ini menyadarkan penulis tentang keberadaan sebuah Gereja sebagai persekutuan yang hidup di tengah-tengah masyarakat lewat sikap yang nyata pada bagaimana Gereja mempertahankan eksistensi dirinya di tengah masyarakat yang plural khususnya dalam bidang agama. Dengan7Hasil observasi awal yang diperoleh penulis pada saat menjalani masa stage di GKJ Manahan selama 3 bulan yang mana dalam masa stage tersebut penulis diberi kesempatan untuk tinggal di GKJ Manahan Pepanthan Blulukan pada tanggal 1 Agustus 13 Agustus 2006.adanya keadaan seperti ini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam bagaimana ekspresi keagamaan warga jemaat GKJ Manahan Pepanthan Blulukan yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.</description><publisher>SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta</publisher><contributor>DJAKA SOETAPA, </contributor><date>2008-01-31</date><type>Thesis:Bachelors</type><permalink>http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/nim/01021858</permalink><right>Copyright (C) 2008 pada Penulis</right><journal/><recordID>nim-01021858</recordID></dc>
|
format |
Thesis:Bachelors Thesis |
author |
ADELEIDE RANTE PALINGGI |
author2 |
DJAKA SOETAPA, |
title |
EKSPRESI KEAGAMAAN WARGA GKJ MANAHAN PEPANTHAN BLULUKAN |
publisher |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta |
publishDate |
2008 |
topic |
Theologi |
contents |
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Gereja adalah sebuah persekutuan dari kehidupan religius yang terpusat pada penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Persekutuan itu dibentuk oleh orang-orang yang atas pertolongan Roh Kudus menerima dan percaya terhadap penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus dan mengatur kehidupan persekutuannya di dalam suatu tatanan yang terorganisir serta terstruktur 1 . Dari sini dapat dimengerti bahwa suatu Gereja selain merupakan sebuah persekutuan, juga memiliki fungsi, yaitu untuk mengatur dan mengorganisir baik anggota jemaatnya maupun kegiatan-kegiatan dan pelayanan yang dilaksanakannya. Sebagai sebuah persekutuan yang hidup, Gereja tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana ia berada. Hal ini dikarenakan Gereja hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Pada Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ), jika di dalam suatu wilayah pelayanannya terdapat sekumpulan warga jemaat yang telah dapat mengadakan kebaktian sendiri serta dianggap mampu untuk mengatur kehidupan berjemaatnya, maka di wilayah tersebut didirikan sebuah pepanthan 2 . Wilayah-wilayah yang menjadi pepanthan di dalam GKJ, pada umumnya merupakan wilayah yang dipersiapkan untuk menjadi sebuah Gereja dewasa dengan melalui proses serta memiliki kriteria seperti yang telah ditetapkan oleh Sinode GKJ. Meskipun demikian, suatu pepanthan tetap harus berkoordinasi dengan Gereja induknya di dalam ia menjalankan pelayanan dan kehidupan berjemaatnya. Selain itu, tujuan didirikannya sebuah pepanthan adalah untuk mengorganisir kegiatan dan pelayanan yang diselenggarakan oleh Gereja induk dari pepanthan itu sendiri kepada warga jemaat yang tinggal di daerah berdirinya pepanthan tersebut. GKJ Manahan Pepanthan Blulukan berdiri pada tahun 1929 di wilayah Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar 3 . GKJ Manahan Pepanthan Blulukan ini merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKJ Manahan yang menjadi Gereja induknya. Jika melihat konteksnya123Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, Salatiga: Sinode GKJ Press, 2005, (Mukadimah). Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, Salatiga: Sinode GKJ Press, 2005, (Pasal 3 dan 4). Harsaja Padmosaputra, Sejarah Singkat GKJ Manahan Surakarta 1929 1993, Surakarta, 1993.berada (dalam hal ini lingkungan dan masyarakat di sekitar wilayah pelayanannya), dapat dikatakan GKJ Manahan Pepanthan Blulukan berada di tengah lingkungan masyarakat yang mayoritas menganut agama Islam. Hal tersebut bisa dilihat dari data statistik penduduk di Kecamatan Colomadu di mana tercatat jumlah pemeluk agama Islam adalah 47.218 jiwa sedangkan pemeluk agama Kristen Protestan berjumlah 3.157 jiwa dan Kristen Katolik berjumlah 2.533 jiwa 4 . Sedangkan, berdasarkan data statistik di GKJ Manahan Pepanthan Blulukan, jumlah warga jemaat yang tercatat adalah sebanyak 36 kepala keluarga (kk) dan total keseluruhannya adalah 131 jiwa yang terbagi atas warga dewasa 74 jiwa, warga usia lanjut 17 jiwa, pemuda 23 jiwa dan anak-anak 17 jiwa. Dari total keseluruhan warga jemaat yang tercatat secara administratif, yang aktif mengikuti Ibadah Minggu ataupun kegiatan-kegiatan Gereja lainnya adalah sebanyak 68 jiwa 5 . Warga-warga jemaat GKJ Manahan Pepanthan Blulukan tersebut bertempat tinggal di 3 (tiga) desa yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKJ Manahan Pepanthan Blulukan, yaitu: 1. Desa Paulan terdiri dari 5 kk dengan jumlah total warga 13 jiwa, 3. Desa Gonilan terdiri dari 18 kk dengan jumlah total warga 34 jiwa dan 4. Desa Blulukan terdiri dari 12 kk dengan jumlah total warga 21 jiwa. Walaupun terletak di daerah yang masyarakatnya mayoritas umat muslim, jumlah warga jemaat GKJ Manahan Pepanthan Blulukan dapat dikatakan stabil. Hal tersebut dapat dilihat di dalam data statistik GKJ Manahan Pepanthan Blulukan, terhitung sejak tahun 2001 2005 jumlah warga yang tercatat adalah sekitar 127 135 jiwa, bahkan pada akhir tahun 2006 jumlah warga yang tercatat adalah 131 jiwa 6 . Dilihat dari wilayah geografisnya, di dalam wilayah pelayanan GKJ Manahan Pepanthan Blulukan berdiri sebuah pondok pesantren yang keberadaannya telah diakui pada tingkat Nasional (Pesantren Ass-Salam) serta sebuah Universitas Islam yaitu UniversitasMuhammadiyah Surakarta (UMS). Dengan lokasi pelayanan yang berada di tengah lingkungan masyarakat yang mayoritas adalah umat muslim, GKJ Manahan Pepanthan Blulukan sebagai sebuah persekutuan tetap eksis dan aktif di dalam melaksanakan kegiatan dan kehidupan berjemaatnya hingga saat ini. Walaupun demikian, adanya perbedaan jumlah penganut agama45 6Data Statistik Penduduk Kabupaten Karanganyar (khususnya Kecamatan Colomadu) pada bulan Desember 2005 Juli 2006. Data yang dikumpulkan oleh Majelis GKJ Manahan Pepanthan Blulukan pada bulan Januari 2007 Juli 2007. Data Statistik GKJ Manahan Pepanthan Blulukan pada bulan Desember 2006.Kristen dan Islam yang sangat nyata di daerah pelayanan GKJ Manahan Pepanthan Blulukan, mengakibatkan beberapa warga jemaat GKJ Manahan Pepanthan Blulukan merasa takut untuk aktif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan maupun kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Rasa takut yang dialami oleh beberapa warga jemaat tersebut disebabkan oleh adanya peristiwa pelarangan kegiatan beribadah terhadap sebuah Gereja (Gereja Baptis Gonilan) yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka yang hampir keseluruhan adalah umat muslim. Selain itu, di dalam ceramah-ceramah di Masjid yang letaknya berdekatan dengan rumah beberapa warga jemaat pernah beberapa kali terdengar adanya penekanan dari imam mengenai umat kristiani yang dianggap kafir bagi kaum muslim. Ceramah seperti ini terkesan menempatkan umat kristiani yang tinggal di daerah tersebut pada posisi yang terjepit serta mengkondisikan mereka untuk tidak terlalu menonjolkan diri di dalam kegiatan-kegiatan pelayanan Gereja 7 . GKJ Manahan Pepanthan Blulukan berada pada situasi, kondisi dan lingkungan masyarakat yang mayoritas adalah umat muslim. Meskipun demikian, GKJ Manahan Pepanthan Blulukan tetap dapat menjalankan kehidupan berjemaatnya bahkan tetap berlangsung hingga saat ini yang dapat dilihat dari Ibadah Minggu dan juga kegiatan Sekolah Minggu yang dilaksanakan setiap hari Minggu. Selain itu, setiap dua minggu diadakan Ibadah Pemahaman Alkitab dengan tempat bergantian di rumah warga jemaat, sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh majelis. Dari apa yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa tertarik melihat bahwa hingga saat ini GKJ Manahan Pepanthan Blulukan tetap dapat menjalankan kehidupan berjemaatnya bahkan tetap eksis dengan keberadaannya sebagai sebuah Gereja di tengah-tengah lingkungan yang masyarakatnya mayoritas umat muslim. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian skripsi ini di GKJ Manahan Pepanthan Blulukan. Selain itu, penulis juga melihat adanya kenyataan mengenai pluralitas yang dihadapi oleh Gereja Kristen pada umumnya di Indonesia. Situasi tersebut sering kali menempatkan umat kristiani pada posisi yang tertekan dibandingkan dengan umat muslim di Indonesia yang jumlah penganutnya lebih besar. Hal ini menyadarkan penulis tentang keberadaan sebuah Gereja sebagai persekutuan yang hidup di tengah-tengah masyarakat lewat sikap yang nyata pada bagaimana Gereja mempertahankan eksistensi dirinya di tengah masyarakat yang plural khususnya dalam bidang agama. Dengan7Hasil observasi awal yang diperoleh penulis pada saat menjalani masa stage di GKJ Manahan selama 3 bulan yang mana dalam masa stage tersebut penulis diberi kesempatan untuk tinggal di GKJ Manahan Pepanthan Blulukan pada tanggal 1 Agustus 13 Agustus 2006.adanya keadaan seperti ini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam bagaimana ekspresi keagamaan warga jemaat GKJ Manahan Pepanthan Blulukan yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. |
id |
IOS2784.nim-01021858 |
institution |
Universitas Kristen Duta Wacana |
institution_id |
96 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana |
library_id |
528 |
collection |
Sistem Informasi Tugas Akhir (SinTA) |
repository_id |
2784 |
subject_area |
Agama Akuntansi Arsitektur |
city |
KOTA YOGYAKARTA |
province |
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA |
repoId |
IOS2784 |
first_indexed |
2016-10-07T01:42:28Z |
last_indexed |
2016-10-07T01:42:28Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1765851661189775360 |
score |
17.538404 |