KONSEP MAJELIS DALAM AHMADIYAH DI INDONESIA (Suatu Tinjauan Hermeneutis)
Main Author: | SURYONO |
---|---|
Other Authors: | DJAKA SOETAPA, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2006
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- ABSTRAKSIMendengar kata Mesias, penulis pertama-tama mengaitkan itu dengan agama tertentu yaitu agama Yahudi dan Kristen. Di dalam kedua agama tersebut terdapat pemahaman tentang Mesias yang memiliki makna berbeda-beda. Tentunya masing-masing agama tersebut mempunyai keyakinan dan alasan teologis tersendiri, sehingga masing-masing agama tersebut mempunyai pemaknaan dan arti tentang kata Mesias yang berguna bagi pemeluknya. Bagi masyarakat Kristen, Mesias mempunyai arti yang sudah baku atau jelas. Dalam Perjanjian Baru sudah banyak yang menjelaskan tentang konsep Mesias dan hal ini sudah menjadi darah daging atau baku bagi masyarakat Kristen. Yesus Kristus dipahami sebagai Mesias yang telah datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari dosanya, agar manusia memperoleh kekekalan hidup.1 Sedangkan dalam Perjanjian Lama kata Mesias dipahami dengan penafsiran yang berbeda-beda. Kata Mesias berasal dari bahasa Ibrani yang berarti yang diurapi. Awalnya kata itu hanya dikenakan pada seorang Raja yang terutama berasal dari keturunan Daud. Tetapi lambat laun pemahaman ini berkembang menjadi sosok yang tetap berasal dari keturunan Daud, meski kedudukannya bukan sebagai raja, namun dia dianggap sebagai raja keselamatan bagi umat Israel pada khususnya.2 Penafsir mengatakan bahwa Mesias itu hanya akan membawa bangsa Israel berjaya dalam hal materi dan kekuasaan yang bersifat politis saja, namun juga ada penafsir yang menafsirkan Mesias itu secara ekskatologis, yaitu membawa keselamatan pada masa yang akan datang setelah dunia kiamat (seperti Paul Volz, Eduard Konig, Sigmund Mowinckel, Bentzen, dsb).3 Ajaran atau konsep tentang Mesias banyak juga terdapat dalam agama dan kepercayaan masyarakat, bukan hanya agama Kristen dan Yahudi saja. Meski istilah yang dipakai dan pemahaman yang berbeda-beda, namun secara esensi mempunyai kesamaan sebagai penyelamat. Tidak terkecuali juga agama Islam, mempunyai ajaran atau konsep tentang Mesias. Agama Islam di dunia ini tidak hanya terdiri dari satu aliran saja, namun juga mempunyai berbagai macam aliran di dalamnya, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Syiah, Suni, Ahmadiyah dan sebagainya. Di Indonesia, Islam juga terdiri dari berbagai Aliran seperti yang tersebut di atas. Ahmadiyah sebagai salah satu aliran dalam Islam, masuk ke Indonesia tidak lepas dari adanya perkembangan agama Islam yang berada di luar negeri yang kemudian masuk ke Indonesia. Ajaran Ahmadiyah ini dibawa dari India, daerah Punjab pada masa akhir abad 19. Pemimpin gerakan ini adalah Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908), tepatnya pada tahun 1888 M.4 Kemudian gerakan Ahmadiyah ini menyebar ke seluruh dunia. Ada faktor internal dan juga eksternal yang menyebabkan atau melatarbelakangi penyebaran Ahmadiyah ini. Faktor internal berasal dari kalangan Islam sendiri, yaitu sikap yang ditunjukkan oleh Islam Tradisional dan fundamentalis yang membuat Islam cenderung menjadi statis. Dengan demikian menjadikan Islam mengalami kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam hal keagamaan. Kemunculan Ahmadiyah adalah dalam rangka menanggapikemunduran dan juga kemerosotan Islam yang terjadi pada waktu itu. Sedangkan faktor yang eksternal adalah adanya serangan dari luar agama Islam yang gencar terhadap Islam, terutama dari Hindhu (Arya Samaj), serta adanya gerakan yang gencar dari misionaris Kristen. Gerakan Ahmadiyah muncul juga untuk mereaksi adanya serangan-serangan tersebut.5 Di dalam Ahmadiyah terdapat ajaran-ajaran yang khusus, yang berbeda dari ajaran agama Islam pada umumnya. Ini terjadi dikarenakan adanya penafsiran-penafsiran yang berbeda terhadap Al Ouran. Bagi Ahmadiah Al Quran terbuka akan penafsiran-penasiran yang berbeda dengan aliran dalam Islam lainnya. Al Quran adalah sebuah nama diri dan satu-satunya kitab suci agama Islam. Al Quran adalah satu-satunya sumber utama dan pertama dari seluruh ajaran dan syariat Islam. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya umat Islam mempunyai pendapat bahwa sumber ajaran Islam ada empat yaitu Al Quran, Sunnah dan Hadits, Ijma dan Qiyas. Sunnah dan Hadits adalah sumber ajaran dan syariat Islam yang kedua sesudah kitab suci Al Quran. Ini dikarenakan Sunnah dan Hadits merupakan penjelasan yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. terhadap kitab suci Al Quran. Nabi Muhammadlah satu-satunya nabi yang paling paham terhadap isi dan maksud Al Quran. Sunnah adalah perbuatan nabi Muhammad saw. Sedangkan Hadits adalah sabda beliau. Ijma atau Ijtihad adalah Sumber syariat yang ketiga sesudah Al Quran, Sunnah dan Hadits. Ini adalah secara teknis diterapkan bagi ahli hukum yang dengan kemampuan akalnya berusaha keras untuk menentukan pendapat di lapangan hukum mengenai hal yang pelik dan meragukan, yang tidak diatur secara tegas dalam undangundang. Qiyas adalah sebuah analogi. Seperti contohnya tentang hal apakah minum tuak atau beralkohol diperbolehkan? Karena tidak ada dalam Al Quran, Sunnah dan Hadits sehingga diambil Qiyas, yaitu dalam Al Quran dikatakan bahwa hal yang memabukkan dilarang, maka minum tuak dilarang, karena dapat memabukkan. Dari semua hal di atas, harus diakui bahwa Hadits, Ijma, Qiyas hanyalah didasarkan pada Al Quran, sehingga benar-benar hanya Al Quran sajalah yang merupakan satu-satunya asas yang tertinggi, sehingga pembangunan Islam berpijak padanya.6 Salah satu ajaran yang berbeda dengan agama Islam pada umumnya adalah ajaran Ahmadiyah tentang Mesias. Ajaran Mesias ini jika dikaitkan dengan Ahmadiyah sangat erat hubungannya. Ini terkait dengan doktrin yang dibawakan oleh Ahmadiyah tentang al-Mahdi dan al-Masih, karena ajaran Mesias ini menjadi salah satu ajaran yang pokok dalam Ahmadiyah.7 Tetapi ajaran tentang Mesias dalam Ahmadiyah ini menimbulkan kontroversi dalam umat Islam di Indonesia.Ini terbukti dengan fatwa sesat yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), karena ajaran tentang Mesias yang dibawakan oleh Ahmadiyah dianggap melenceng dari Al Quran dan Hadits. Tidak hanya memberi fatwa sesat saja, MUI juga menghimbau pada pemerintah Indonesia untuk menutup atau melarang segala kegiatan Ahmadiyah. Namun sangat disayangkan terjadi penutupan dengan paksa dan bahkan diikuti oleh tindakan yang anarkis oleh sebagian pemeluk Islam di Indonesia yang tidak setuju dengan adanya Ahmadiyah di Indonesia.8 Terlepas dari kontroversi yang ada di atas, penulis yang beragama Kristen tertarik dengan ajaran Ahmadiyah tentang Mesias tersebut, sehingga mendorong penulis untuk menyelidiki dan memahami ajaran Ahmadiyah tentang Mesias, sebagai pengetahuan dan bahan perbandingan bagi penulis. Bagaimanakah sebenarnya ajaran Ahmadiyah tentang Mesias tersebut?