PERKEMBANGAN KONSEP SOTERIOLOGI GKJ
Main Author: | YOSAFAT AGUNG PRABOWO |
---|---|
Other Authors: | CHRISTOPHORUS THOEKOEL HARTONO, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2008
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- BAB I PENDAHULUANA. Permasalahan1. Latar Belakang MasalahSecara historis, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) sedikit banyak terkait dengan buah pekerjaan Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland (ZGKN). ZGKN ini merupakan zending yang bersifat gerejawi (diselenggarakan oleh gereja) dan konfesional (berpegang pada konfesi tertentu). Ajaran yang dipegangnya bukan sekedar ajaran Kristen yang umum-umum saja melainkan ajaran khas Calvinis sebagaimana tertuang dalam Tiga Pasal Keesaan (Pengakuan Iman Gereja Belanda, Katekismus Heidelberg dan Kanon Sinode Dordrecht). Sifat konfesional dari ZGKN ini masih mewarnai GKJ sampai sekarang. Ini tampak antara lain dari fenomena bahwa GKJ masih memiliki pegangan ajaran yang resmi (ditetapkan melalui Sidang Sinode). Setiap orang yang akan ditahbiskan atau diteguhkan menjadi pendeta atau majelis gereja wajib menandatangani pegangan ajaran ini sebagai pernyataan persetujuan. 1Saat ini, pegangan ajaran GKJ yang resmi adalah buku Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa (PPA GKJ) yang ditetapkan dalam Sidang Sinode Terbatas tahun 1996. 2 Memang, dalam Sidang Sinode Non Reguler tahun 2005 diresmikan edisi revisi dari PPA GKJ yang diberi nama Pokok-pokok Ajaran GKJ Edisi 2005, tetapi edisi revisi ini tidak menjadikan PPA GKJ tidak berlaku lagi. PPA GKJ tetap berlaku sebagai pegangan ajaran resmi GKJ yang menggantikan kedudukan Katekismus Heidelberg 3 atau dalam terjemahan bahasa Jawanya Piwulang Agami Kristen. 41 2Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005, (Salatiga: Sinode GKJ, 2005) halaman xi Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, (Salatiga: Sinode GKJ, 1997) halaman 3 3 Sda, sampul belakang 4 Scn 1, halaman viiWalaupun PPA GKJ telah menggantikan kedudukan Katekismus Heidelberg, di dalam pengantar PPA GKJ dinyatakan bahwa ajaran keselamatan itu hanya karena anugerah (sola gratia) yang diterima dengan beriman (sola fide) yang menjadi inti Katekismus Heidelberg tetap dipelihara. Dengan kata lain, hendak dinyatakan bahwa soteriologi yang digariskan dalam PPA GKJ tetap berada dalam jalur reformasi abad ke-16 sebagaimana soteriologi yang digariskan dalam Katekismus Heidelberg atau Piwulang Agami Kristen. 5 Akan tetapi, karena perbedaan konteks, bisa saja soteriologi yang digariskan dalam PPA GKJ memang masih menggunakan formula-formula reformatoris tetapi dengan interpretasi yang berbeda. 6 Dalam interpretasi yang berbeda ini, bisa saja muncul pokokpokok soteriologi yang asing atau bahkan ditolak dalam tradisi reformatoris, khususnya Calvinis. Sebaliknya, pokok-pokok soteriologi yang cukup dominan dalam tradisi Calvinis bisa saja memudar atau bahkan menghilang.Berdasarkan pengamatan sekilas, penulis melihat bahwa pada soteriologi yang digariskan dalam PPA GKJ interpretasi yang berbeda itu ada. Pokok-pokok soteriologi yang asing atau bahkan ditolak dalam tradisi Calvinis ada yang muncul. Sebaliknya, pokok-pokok soteriologi yang cukup dominan dalam tradisi reformatoris, khususnya Calvinis ada yang tidak muncul. Pokok soteriologi yang asing atau bahkan ditolak dalam tradisi Calvinis tetapi muncul pada soteriologi yang digariskan dalam PPA GKJ misalnya kebebasan (terserah kepada) manusia untuk beriman atau tidak beriman. 7 Sejauh pengetahuan penulis, tradisi Calvinis melihat bahwa kalau hal beriman atau tidak beriman dibiarkan terserah kepada manusia, maka tidak akan ada orang yang beriman. Iman pada akhirnya harus dilihat sebagai anugerah Allah melalui karya Roh Kudus semata. 8 Contoh lain dari pokok soteriologi yang asing atau bahkan ditolak dalam tradisi Calvinis tetapi muncul dalam soteriologi PPA GKJ adalah kemungkinan hilangnya keselamatan. 9 Tradisi Calvinis meyakini ketekunan orang-orang kudus. 10 Pokok soteriologi yang cukup dominan dalam tradisi Calvinis tetapi tidak muncul dalam soteriologi PPA GKJ misalnya5 6Scn 2, halaman 4; bdk. Pokok-pokok Ajaran GKJ edisi 2005, Scn 1, halaman xiii Bdk. E.G. Singgih, Dari Israel ke Asia, (Jakarta: BPK-GM, 1982) halaman 68 7 Pertanyaan dan jawaban nomor 65,66 8 Lihat misalnya Katekismus Heidelberg pertanyaan dan jawaban 65; bdk. H. Berkhof dan I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2001) halaman 171 9 Pertanyaan dan jawaban nomor 71-75 10 H. Berkhof, I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2001) halaman 171, 210kesatuan dengan Kristus. Dalam Katekismus Heidelberg, pokok ini muncul berulangulang dalam kaitan dengan iman, pembenaran, pembaruan hidup. 1111Pertanyaan dan jawaban 21, 59, 64, 65