DOSA MENURUT PEMAHAMAN RASUL PAULUS DALAM SURAT ROMA 5:12-21 Telaah Sosio-Retorik
Main Author: | YOSIA KRISMANTO |
---|---|
Other Authors: | JUSAK TRIDARMANTO, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2008
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang Masalah1.1.1Paham Dosa KekristenanDosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya, namun masih saja tidak bisa mengatasinya secara tuntas. Apakah manusia sudah tidak sempat memikirkan tentang hubungannya dengan Allah? Ataukah manusia sudah tidak dapat membedakan tindakan yang dosa dan yang bukan dosa? Jika demikian, mungkinkah manusia sudah tidak memahami apa arti dosa yang seutuhnya?Pemahaman tentang dosa akan berdampak pada tindakan konkret manusia. Jika dosa dikenal sebatas pelanggaran moral maka tindakan-tindakan ritual cenderung terabaikan, sebaliknya jika dosa dipahami terbatas pada pelanggaran terhadap ritual maka tindakantindakan moral pun cenderung untuk terabaikan. 1 Oleh sebab itu sebagai orang Kristiani diperlukan pemahaman yang utuh dan menyeluruh dari Alkitab tentang dosa. Paham dosa bagi kekristenan tidak dapat dilepaskan dari pandangan pemikiran Yudaisme, karena pemahaman kekristenan sendiri berakar dari konsep monotheisme dan Taurat Yahudi, serta dipengaruhi sistem keagamaan dalam Bait Suci di Yerusalem. 2 Di sisi lain paham dosa juga harus dimengerti dalam perspektif perjumpaan dengan Yesus Kristus. Melihat kedua hal tersebut, maka untuk memahami kata dosa bagi kekristenan masa kini perlulah menggali seluruh bahan dalam Alkitab, mulai dari pemahaman Yudaisme yang diinterpretasikan dari Perjanjian Lama sampai dengan setelah masa Yesus Kristus yang ada dalam Perjanjian Baru.12James D.G. Dunn, Jesus, Paul and the Law Studies in Mark and Galatians, London, SCM Holy Trinity Church, 1990, hal. 79-81 James D.G. Dunn, The Partings of the Ways Between Christianity and Judaism and their Significance for the Character of Christianity, London, SCM Press and Trinity Press International, 1991, hal. 18-35Dalam kekristenan sendiri Yesus Kristus dikenal sebagai Penebus dosa, 3 dengan darahnya sendiri Ia menjadi korban penghapusan dosa bagi manusia di hadapan Allah. Mengapa dosa manusia harus ditebus? Apakah dosa tidak dapat dibayar oleh manusia itu sendiri, sehingga harus ada interfensi dari Allah? Konsep dosa sangat menentukan bagaimana dosa tersebut dapat diatasi, seperti halnya dalam kehidupan Yudaisme bahwa dosa dapat di-eliminir dengan ritus korban penghapusan dosa. 4 Kata dosa dikenal umum sebagai sebuah kata dalam bahasa religius 5 yang terkadang tanpa dimengerti berdasarkan Alkitab sebagai sumber pemahaman religius kekristenan khususnya. Kata dosa diberi arti yang bebas dan dilihat sebatas pelanggaran moral atau melanggar suatu konsensus tentang hukum. Kata dosa dalam bahasa Yunani a`marti,a memiliki artian umum yaitu meleset dari sasaran, dan kata ini merupakan padanan kata Ibrani taJ'x; dalam Perjanjian Lama yang juga secara umum berarti meleset dari hukum Allah.6 Dengan memahami arti dari akar kata dosa tersebut, dapat dilihat bahwa dosa sebenarnya sebuah ketidaktaatan manusia kepada Allahnya. Hal tersebut manunjukkan bahwa dosa dapat dikaitkan terhadap hubungan manusia dengan Allahnya. Bagaimana manusia memahami Allahnya akan sangat mempengaruhi pemahaman manusia tentang dosa mana yang berdosa dan mana yang tidak.Kata dosa juga berhubungan erat dengan pelanggaran terhadap Taurat, yang diimani sebagai hukum yang berasal dari Allah (bukan hukum yang berdasarkan konsensus umum manusia). Pelanggaran utama terhadap hukum harus dipertanggung-jawabkan kepada Allah sebagai pembuat hukum. Pelanggaran terhadap hukum Allah adalah pelanggaran terhadap hubungan manusia dengan Allah. Hukum Allah menyiratkan tentang standar yang diinginkan Allah agar manusia menaatinya. Segala tindak-tanduk3 4 5 6Tom Jacobs, SJ, Syalom Salam Selamat, Yogyakarta, Kanisius, 2007. hal. 106-108 Seperti yang dijelaskan dalam Imamat 4 5 (Korban Penghapusan Dosa) Frederic Greeves, The Meaning of Sin, London , The Epworth Press, 1956, hal. 3 Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, Surabaya, Penerbit Momentum, 2000, hal. 225manusia yang melanggar atau tidak sesuai dengan standar yang Allah berikan maka berarti dosa.Kata dosa dapat menjadi sebuah istilah yang ingin menggambarkan tentang pemberontakan atau perlawanan terhadap Allah, bukan karena manusia dapat menandingi Allah, tetapi karena manusia mengganggap dirinya dapat hidup tanpa Allah. Manusia berusaha hidup menurut keinginannya tanpa intervensi pihak manapun termasuk Allah yang bersifat mengatur. Tauratlah yang ternyata mengatur setiap tindakan dan berbagai kegiatan baik ritual maupun moral, pribadi ataupun sosial umat Yahudi.1.1.2Paham Dosa Dalam Surat RomaSecara umum sulit untuk menemukan konsep Yesus tentang dosa, karena Yesus sendiri tidak menulis pokok pikirannya tentang dosa yang dihadapkan dengan konsep dalam Yudaisme. Kekristenan masa kini hanya mendapat informasi tersebut dari Injil Perjanjian Baru umumnya yang adalah interpretasi dari para pengikut-Nya. 7 Namun demikian ada tokoh yang merupakan seorang ahli Taurat Farisi yang tahu persis tentang Yudaisme sekaligus memiliki pengalaman khusus dalam perjumpaan dengan Yesus Kristus, yaitu rasul Paulus. Selain itu juga karena dari ke-27 kitab dalamPerjanjian Baru, 13 kitab di antaranya ialah surat rasul Paulus. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kedudukan rasul Paulus sangat penting dalam pemikiran teologi Perjanjian Baru bagi kekristenan masa kini.Pemahaman rasul Paulus tentang dosa pun dapat dilihat dari surat-suratnya tersebut, dan ternyata kata dosa yang paling banyak diungkapkan rasul Paulus terdapat dalam surat rasul Paulus kepada Jemaat di Roma. 8 Pengulangan kata dosa dalam surat rasul Paulus kepada Jemaat di Roma merupakan isyarat bahwa surat tersebut memuat dasar-dasar pemikiran teologis tentang dosa, dan dapat dijadikan bahan acuan utama bagi78Jacob Van Brugen, Kristus di Bumi Penuturan Kehidupan-Nya oleh Murid-murid dan oleh Penulis sezaman, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2001, hal. 58-84 Dalam surat Roma, kata dosa dengan akar kata a`marti,a sebanyak 60 kali (Versi Bibleworks Greek LXX/New Testament; BGT), sedangkan kata dosa terdapat 61 kali dalam versi Indonesia Terjemahan Baru (ITB).pemahaman dosa dari sudut pandang Yudaisme serta dalam perspektif perjumpaan dengan Yesus Kristus sekaligus sebagai bahan refleksi bagi kekristenan masa kini.Setelah mengalami perjumpaan dengan Yesus Kristus ditambah dengan pemanggilannya sebagai rasul untuk memberitakan anugerah Allah kepada orang-orang non-Yahudi, maka sedikit-banyak pemikiran rasul Paulus terhadap otoritas Taurat mulai mengalami pergeseran. Dilihat dari pergeseran makna Taurat oleh rasul Paulus, maka dapat dikatakan implikasinya bagi kekristenan masa kini hampir tidak jelas apa standar hukum Allah jika ada sesuatu yang harus ditaati. Rasul Paulus menginterpretasikan bahwa Yesus Kristus telah mengakhiri Taurat terutama yang berkaitan dengan tradisi sunat, dan sistem ketahiran Yudaisme lainnya. Jika kekristenan tidak lagi terikat dengan Taurat, apakah kekristenan sudah tidak punya pegangan aturan tertentu? Apakah hukum kasih adalah hukum yang baru bagi kekristenan? Jika demikian, haruskah kekristenan masih mentaati Taurat?Dalam Kristus penyelamatan ialah melalui iman tanpa pengamalan Taurat, sebab orang yang percaya telah dimerdekakan dari hukum dosa. 9 Apakah kemerdekaan dari hukum dosa (Taurat) yang diperoleh kekristenan berarti bahwa orang Kristen tidak mungkin berbuat dosa lagi? Di lain sisi rasul Paulus menafsirkan bahwa Yesus Kristus justru menyempurnakan menggenapi hukum Turat, 10 tetapi pertanyaannya;menyempurnakan menjadi seperti apa? Dapatkah penyempurnaan terhadap Taurat menjadikan manusia akan terbebas dari masalah dosa?Perjumpaan rasul Paulus dengan Yesus Kristus merombak paradigmanya tentang Allah dan hukum-Nya. Dosa diartikan sebagai ketidaktaatan, 11 bukan sekedar melanggar Taurat, tetapi sebagai sesuatu yang melawan otoritas Allah atau pemberontakan terhadap Allah karena keinginan manusia yang tidak benar sekaligus ketidaktahuannya terhadap Allah dan hukum-Nya. 12 Dalam surat Roma, rasul Paulus menegaskan bahwa manusia9Roma 3 : 21; 8 : 2 Roma 10 : 4 11 Roma 5 : 19 ketidaktaatan satu orang (Adam) semua orang telah menjadi orang berdosa, 12 Roma 7 : 710(menganggap dirinya) mengenal Allah, tetapi manusia tidak memuliakan Dia sebagai Allah. 13 Dalam hal ini sepertinya rasul Paulus mengaitkan dosa dengan relasi Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai ciptaan.Surat Roma 5:12-21 merupakan salah satu bagian argumentasi rasul Paulus yang membahas tentang dosa, yang dikaitkan dengan dosa Adam sebagai permulaan dosa universal, serta anugerah Allah melalui Yesus Kristus yang membenarkan manusia yang telah berdosa. Argumentasi dalam Roma 5:12-21 merupakan suatu argumentasi dasar rasul Paulus mengenai dosa dari sudut pandang iman Kristen yang dimilikinya. Argumentasi dalam Roma 5:12-21 merupakan sebuah reinterpretasi dari rasul Paulus mengenai kisah Adam dalam Kejadian 1-3, sekaligus sebuah refleksi iman rasul Paulus terhadap anugerah Allah melalui Yesus Kristus.Interpretasi rasul Paulus terhadap kisah Adam dan Yesus Kristus merupakan sebuah pengalaman kekristenan yang langka, sebab di dalam Injil sendiri keterkaiatan Adam dan Yesus baru diterangkan sebatas silsilah yang tercatat dalam Injil Lukas 3:38. Hubungan Adam dan Kristus yang digambarkan rasul Paulus dalam Roma 5:12-21 ini menyangkut dosa yang dialami oleh semua manusia. Kemungkinan keprihatinan rasul Paulus terhadap fenomena dosa di zamannya menjadikan dirinya merasa perlu untuk berefleksi, sekaligus menuliskan argumentasinya tersebut kepada jemaat di kota Roma khususnya. Dalam argumentasi Roma 5:12-21 ini, rasul Paulus mengkontraskan antara dosa Adam dengan anugerah Allah melalui Yesus Kristus; Adam sebagai nenek moyang dari dosa universal, penghukuman dan kematian. Allah sebagai sumber anugerah, keselamatan, dan hidup melalui Yesus Kristus.Surat Roma 5:12-21 bukanlah sebuah argumentasi yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari keseluruhan argumentasi surat rasul Paulus kepada Jemaat di Roma. Penggalian terhadap paham dosa dalam Roma 5:12-21 haruslah berdasarkan maksud dan tujuan penulisan surat Roma secara utuh. Esensi surat Roma tersebut dapat diungkapkan melalui penggalian terhadap situasi konkret rasul Paulus dan konteks jemaat Roma13Roma 1 : 21 iman kepada Allah.sekitar masa penulisan surat kepada jemaat di Roma, serta dari kerangka kerja Paulus sebagai rasul (teologi, pandangan misioner, dan retorika surat Roma).Dalam surat kepada Jemaat di Roma inilah kekristenan dapat berefleksi tentang paham Allah yang mempengaruhi paham dosa; dosa sebagai kuasa, dosa sebagai ketidaktaatan (keinginan), dosa sebagai akibat Adam, dosa sebagai ketidaktahuan, dosa sebagai penolakan anugerah Allah, serta dosa sebagai sebuah keraguan (lemah / kurang beriman). Konsekwensi dari penggalian tentang paham dosa dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Roma ialah dapat mengevaluasi paradigma iman terhadap pengampunan dosa oleh Allah melalui Yesus Kristus. Dengan kata lain, dapat memunculkan pertanyaan tentang peran Yesus Kristus (kematian-Nya maupun kebangkitan-Nya) jika dihadapkan dengan dosa sebagai fenomena aktual bagi kekristenan masa kini.