MAKNA UNGKAPAN CERDIK SEPERTI ULAR DAN TULUS SEPERTI MERPATI DALAM INJIL MATIUS (Suatu Tinjauan Eksegetis Terhadap Matius 10:16-33)

Main Author: FRANS SETYADI MANURUNG
Other Authors: JUSAK TRIDARMANTO,
Format: Bachelors
Terbitan: SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta , 2005
Subjects:
Daftar Isi:
  • BAB I Pendahuluan1. Latar Belakang Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman sekarang, kekristenan hampir selalu diperhadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan. Entah itu yang berasal dari dalam ataupun dari luar. Tantangan atau tekanan yang datang itu bersifat fisik maupun mental. Berbagai macam persitiwa telah dilalui dan dihadapi oleh pengikut Kristus1.Tantangan dan tekanan itu sampai sekarang masih dirasakan, walaupun sebagian dalam bentuk yang berbeda. Dalam sejarah kekristenan di Indonesia, sampai sekarang pun kita masih dapat menjumpainya. Keberadaan orang Kristen yang menjadi kelompok minoritas seringkali menjadi sasaran pelampiasan kekesalan, ketidaksenangan kelompok mayoritas yang ada. Beberapa persoalan yang terjadi di lingkungan kita, seperti pembakaran gedung gereja, penutupan tempat-tempat ibadah, penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, persoalan sulitnya izin membangun rumah ibadah dan sebagainya menunjukan bahwa kita berada dalam tantangan dan tekanan.21Lihat peristiwa-peristiwa penganiayaan yang diungkapkan secara periodik oleh Ira C. Ph.D, Semakin Dibabat Semakin Merambat, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1989. 2 Contoh tekanan yang dihadapi oleh orang-orang Kristen di Indonesia, seperti peristiwa penghancuran gedung gereja di Situbondo. Thomas Santoso, Peristiwa Sepuluh-Sepuluh Situbondo, Luftansh Mediatama, Surabaya, 2003, p. 22-38. Lihat juga persoalan-persoalan lain yang dihadapi gereja, Josephus A. Suatan (Laporan Badan Kerjasama Gereja-gereja se-Jawa Barat), Peristiwa Kamis Hitam Situbondo, Jawa Barat, 1996Berbagai macam reaksi timbul dari kalangan orang-orang Kristen dalam menghadapi persoalan-persoalan tersebut. Dalam pengamatan sehari-hari, penyusun melihat ada yang mengambil sikap konfrontatif secara radikal3, ada yang dengan mengambil sikap fanatisme kekristenan yang tinggi seperti yang dimiliki oleh kelompok pacifist yang menolak menggunakan kekerasan, ada yang kemudian meninggalkan kekristenan.4 Namun ada pula yang menghadapinya dengan cara yang moderat dalam artian lebih bersifat kompromis. Biasanya kelompok terakhir ini seringkali menggunakan istilah yang sering kita dengar, cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.Beberapa reaksi di atas mungkin langsung segera dapat kita lihat wujud tindakannya dan dengan segera diambil sebuah justifikasi kritis, apakah tindakannya sesuai dengan nilainilai kekristenan atau tidak. Namun reaksi dari kelompok yang terakhir yang akhir-akhir ini berkembang, yaitu sikap yang mengatasnamakan pada sikap cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati ini, seringkali menjadi perdebatan. Karena seringkali jargon yang mereka gunakan, dianggap bukanlah berasal dari jatidiri keberadaan mereka yang sebenarnya, tetapi merupakan alat untuk terlepas dari persoalan dan usaha untuk menikmati kesenangan semata. Ungkapan Alkitabiah itu justru sering digunakan hanya sebagai rasionalisasi tindakan mereka yang salah dan bertentangan dengan pemikiran dan nilai-nilai kekristenan.3 4Kelompok orang Kristen yang mencoba melawan tantangan dengan kekerasan scn 1. p. 72-74