PERKEMBANGAN GKJ KUDUS DAN MISNYA (SEBUAH TINJAUAN HISTORIS-THEOLOGIS)
Main Author: | BUDI SETYAWAN |
---|---|
Other Authors: | CHRISTOPHORUS THOEKOEL HARTONO, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2009
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- BAB I PENDAHULUANA. PERMASALAHANA. 1. Latar Belakang Masalah Kudus ialah kota yang berada di kawasan jalur pantura, kawasan yang menjadi jalur perkembangan Islam. Perkembangan Islam di kota Kudus dibawa oleh para Wali Sanga, khususnya oleh Sunan Kudus, karena itu maka masyarakat kota Kudus mayoritas beragama Islam. Praktek kehidupan mereka lebih bersifat sinkretis antara ajaran Islam dengan Animisme-dinamisme, hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh sunan Kudus yang menggunakan budaya lokal untuk mengkomunikasikan Islam dalam ajarannya. Sikap ini ialah salah satu sikap yang positif, sikap yang mendorong mereka menjadi terbuka terhadap sesuatu yang baru, termasuk masuknya Kristen di Kudus mendapatkan tempat.DZV ( Doopsgezinde Zendingsvereeniging ) yang adalah zending yang melakukan pelayanan di wilayah sekitar Muria juga mengembangkan kekristenan di Kudus dengan membuka desa Kristen di Kayuapu. Kekristenan mulai berkembang di kota Kudus dalam pekerjaan Zending DZV. Corak kekristenan yang dibawa oleh DZV ialah kekristenan yang konggregasional (Mennonite). Gereja yang berada dalam asuhan DZV yang berkembang di kota Kudus ialah GITJ. Dengan demikian kudus merupakan wilayah denominasi dari GITJ dan gereja-gereja Mennonite lainnya.Namun di tengah-tengah berkembangnya gereja-gereja Menonnite di kota Kudus yang adalah denominasi Mennonite ada sebuah kejanggalan, yakni ternyata diantara mereka muncul gereja yang bukan merupakan asuhan DZV yang memiliki wilayah sekitar Muria. Gereja tersebut ialah asuhan zending yang bekerja di Jawa Tengah Selatan yang seharusnya tidak mungkin muncul di wilayah utara, khususnya kawasan sekitar Muria. GKJ Kudus adalah salah satu gereja yang tumbuh dan berkembang di tempat yang bukan habitatnya sendiri.1Jika dilihat dari peta wilayah pekerjaan Zending memang seharusnya GKJ tidak berkembang di wilayah Kudus yang termasuk wilayah sekitar Muria, karena GKJ ialah buah pekerjaan ZGKN ( Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland )1 yang bekerja di wilayah Jawa Tengah selatan. Mengapa ? karena lembaga-lembaga Pekabaran Injil asal Eropa termasuk ZGKN, menghormati asas comity, yaitu tidak akan bekerja di wilayah yag sudah digarap oleh Lembaga Pekabaran Injil lain.2 Disamping itu, pemerintah Hindia Belanda sangat menekankan kebijakan rust en orde, yaitu asas penegakan ketenangan dan ketertiban bagi setiap wilayah kekuasaannya, kebijakan yang terkait dengan ketentuan dalam peraturan pemerintah Hindia Belanda.3Berkenaan dengan hal di atas, hal yang menarik adalah bahwa di Kudus, di wilayah sekitar Muria, di wilayah kerja DZV, telah tumbuh dan berkembang sebuah jemaat GKJ Kudus, yang secara garis besar dogmatis mempunyai perbedaan-perbedaan4 dengan jemaat GITJ, yang salah satu perbedaan itu adalah tentang baptisan anak. Perbedaan-perbedaan tersebut muncul sebagai akibat dari zending yang menumbuhkan masing-masing jemaat itu berbeda.A. 2. Rumusan Masalah Dengan perbedaan-perbedaan yang ada apakah kehadiran GKJ Kudus menimbulkan masalah, sehingga mempengaruhi hubungan antar gereja ? Tanpa menghiraukan masalah diatas, bagaimana dampak yang diperoleh GKJ Kudus dalam melakukan misinya di tengah-tengah wilayah yang bukan habitatnya? Sedangkan sebagai gereja yang dewasa GKJ Kudus memiliki tugas dan tanggung-jawab untuk melakukan misi gereja seperti apa yang dipahami oleh GKJ secara umum yakni apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab gereja itu nampak pada mukadimah Tata Gereja GKJ yakni, gereja Kristen Jawa memiliki pemahaman bahwa keberadaan gereja ialah gereja yang berpusat pada karya penyelamatan Allah, yang dinyatakan dalam pelaksanaan fungsi gereja di tengah-tengah keberadaannya1Hadi Purnomo, M. Suprihadi Sastro Supono, Benih yang Tumbuh dan berkembang di Tanah Jawa GKJ,( Jogjakarta Taman Pustaka Kristen, 1988) hlm.20 2 Th. Van den End dan J Weitjens, SJ, Ragi Carita 2, ( Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1993 ), hlm. 230-239, 259 3 Chris Hartono, Teologi Etis dan Pekabaran Injil, (Naskah Siap cetak ) hlm. 151 4 Th, van den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2004 ), hlm.177, 182-1832