SIKAP DAN PANDANGAN GKJW JEMAAT TUREN, MALANG TERHADAP RITUAL KEAGAMAAN JAWA, SERTA DAMPAKNYA BAGI JEMAAT
Main Author: | SARWINDRA RUSDIAHWATI |
---|---|
Other Authors: | ARISTARCHUS SUKARTO, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2006
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- ABSTRAKSIDalam pembukaan Tata dan Pranata Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW), disebutkan bahwa GKJW lahir, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Jawa Timur. 1 Uraian tersebut berarti bahwa tumbuh kembangnya GKJW ada di dalam budaya Jawa, secara khusus budaya Jawa Timur. Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, masyarakat Jawa Timur juga mengenal beberapa upacara adat yang dilakukan berhubungan dengan lingkaran/daur hidup manusia, yang dimulai dari kelahiran, masa dewasa, dan kematian, serta beberapa upacara lain yang berhubungan dengan aktivitas hidup mereka sehari-hari.2 Selaku gereja Jawa di tengah-tengah masyarakat Jawa, GKJW cukup mengalami keteganganketegangan dan persoalan-persoalan. Persoalan-persoalan tersebut, disebabkan oleh tetap berlangsungnya kehidupan kebudayaan Jawa, yang tentu saja perlu dikembangkan termasuk oleh orang Kristen Jawa. Selaku orang-orang Jawa dan sekaligus orang-orang Kristen, GKJW menghadapi kebudayaan Jawa yang tetap diusahakan kelangsungan hidupnya oleh masyarakat Jawa, termasuk di dalamnya orang Kristen Jawa. Namun kadang kala dalam beberapa hal kebudayaan Jawa tersebut belum tentu dianggap cocok dengan cara hidup Kristen.3 Akan tetapi, ketegangan-ketegangan dan persoalan-persoalan kekristenan dan kebudayaan Jawa tidak dialami oleh semua jemaat GKJW. Seperti yang terjadi di banyak desa Kristen, semenjak awal sejarah GKJW, adat dan kebudayaan Jawa ikut mewarnai pola kehidupan kekristenan para warga GKJW, bahkan sudah teranyam dan membentuk suatu kekristenan yang khas. Di samping itu kekristenan yang dihayati dalam hidup sehari-hari juga ikut membentuk pola-pola adat dan kebudayaan Jawa, dengan adanya suatu usaha untuk memberi semacam versi Kristen atas cara-cara hidup dan bentuk-bentuk kebudayaan Jawa tersebut. Sehingga di desa-desa Kristen ini dimungkinkan terbentuknya pola kehidupan warga Jemaat GKJW dalam kebiasaan dan adat yang tersendiri yang pada taraf terakhir bisa dikatakan sudah melembaga menjadi semacam adat Kristen.4 Salah satu jemaat GKJW yang menghadapi ketegangan dan persoalan kekristenan dan kebudayaan Jawa adalah GKJW Jemaat Turen, Malang. Selama 3 bulan melakukan praktek kejemaatan (stage) di Jemaat ini, penulis mendapati adanya perbedaan sikap dan pandangan terhadap budaya Jawa. Pendeta yang saat ini melayani di Jemaat ini tidak menghendaki warga untuk memegang teguh serta melaksanakan budaya Jawa, seperti slametan, mencari hari baik saat akan membangun rumah, pindah rumah atau pada saat akan mengadakan perkawinan, atau yang seringkali disebut dengan ptungan. Terhadap sikap dan pandangan Pendeta yang demikian, ada warga Jemaat yang mendukung dan ada yang menentang. Seorang anggota Majelis Jemaat Turen berpendapat bahwa sikap dan pandangan Pendeta terhadap budaya Jawa yang diterapkan di Jemaat tidak terlalu berresiko. Karena setelah kurun waktu tertentu, Pendeta dipindahkan ke Jemaat lain. Namun, sikap dan pandangan warga terhadap budaya Jawa akan senantiasa berpengaruh terhadap kelangsungan hidup warga di tengah masyarakat. Karena seumur hidup warga tetap tinggal di tengah masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, warga harus bisa menentukan sikap dan pandangannya terhadap budaya Jawa, demi menjaga kelangsungan hidupnya bersama masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis sebagai warga GKJW dan nantinya akan menjadi pelayan di GKJW, merasa perlu mengetahui dan memahami sikap dan pandangan GKJW terhadap budaya Jawa, serta dampaknya bagi Jemaat. Untuk mengetahui dampak dari sikap dan pandangan GKJW bagi warga GKJW, tentu memerlukan waktu yang cukup panjang, karena GKJW tersebar di seluruh Jawa Timur. Sedangkan waktu penulisan dan jumlah halaman skripsi terbatas. Sehingga dalam skripsi ini, penulis akan mengangkat sebuah kasus tentang sikap dan pandangan terhadap budaya Jawa di GKJW Jemaat Turen, Malang, serta dampaknya bagi Jemaat tersebut. Dengan alasan, GKJW Jemaat Turen merupakan salah satu jemaat GKJW yang menghadapi ketegangan dan persoalan kekristenan dan kebudayaan Jawa, sebagaimana sudah dijelaskan di atas.Budaya Jawa yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini juga akan dibatasi, karena di dalam Ensiklopedi Kebudayaan Jawa disebutkan bahwa ada 7 unsur kebudayaan, yaitu: religi/keagamaan, organisasi masyarakat, pengetahuan, kebahasaan, kesenian, mata pencaharian hidup, dan teknologi peralatan.5 Mengingat keterbatasan waktu dan jumlah halaman penulisan skripsi, penulis menyadari tidak mungkin melakukan penelitian terhadap ketujuh unsur kebudayaan tersebut. Oleh sebab itu, dari ketujuh unsur kebudayaan tersebut yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah religi/keagamaan. Dengan pertimbangan bahwa budaya Jawa yang seringkali diperdebatkan adalah slametan, mencari hari baik atau ptungan serta nyekar ke kuburan. Dan ketiga hal tersebut termasuk dalam religi/keagamaan. Religi/keagamaan ini pada bagian selanjutnya akan disebut ritual keagamaan Jawa. Ritual merupakan suatu bentuk upacara atau perayaan yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan atau agama, memiliki simbol dan menghubungkan manusia dengan alam semesta dalam arti luas.6 Ritual keagamaan yang dilakukan orang Jawa, erat kaitannya dengan konsep tentang keselamatan orang Jawa. Ritual keagamaan tersebut antara lain slametan, nyekar ke kuburan dan pemilihan hari baik dan buruk di dalam melakukan acara-acara yang penting (ptungan).7 Jadi, ritual keagamaan Jawa yang dimaksud pada bagian selanjutnya adalah ritual keagamaan yang dilakukan oleh orang Jawa.