DINAMIKA HIDUP MENGGEREJA DARI GEREJA PERDANA SEBAGAIMANA TERCERMIN DALAM KISAH PARA RASUL 2:41-47 & 6:1-7

Main Author: BILLA OCTAVIA KOILHER
Other Authors: JUSAK TRIDARMANTO,
Format: Bachelors
Terbitan: SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta , 2006
Subjects:
Daftar Isi:
  • ABSTRAKSIDi zaman ini kehidupan menggereja di dunia pada umumnya, dan khususnya di Indonesia menghadapi semakin banyak tantangan, penolakan malah aniaya. Pada akhir tahun 2000, terjadi pengeboman di beberapa Gereja, baik Katolik maupun protestan, dari Batam, Pekan Baru, Jakarta, sukabumi dan Mojokerto, sampai ke Mataram1. Selain itu, dalam pertengahan tahun 2005, terjadi berbagai aksi penutupan Gereja di beberapa wilayah di Indonesia2. Hal ini menunjukkan bahwa Gereja semakin mengalami marjinalisasi, kalau bukan dalam hal jumlah, paling tidak dalam hal pengaruh. Apabila kita melihat kembali ke sejarah awal kehidupan Gereja perdana sebagaimana nampak dalam Kisah Para Rasul3, gambaran tentang kehidupan menggereja pada saat itu pun tidak lepas dari berbagai tantangan dan hambatan, baik dari luar maupun dari dalam komunitas itu sendiri. Tantangan dari luar datangnya dari orang-orang Yahudi yang menolak Yesus yang diimani oleh orang-orang percaya sebagai Kristus yang diutus Allah. Sedangkan tantangan dari dalam komunitas Gereja perdana itu sendiri, terkait dengan pemahaman teologi mengenai keselamatan. Bagi orang Yahudi, keselamatan hanya diberikan kepada mereka sebagai umat yang hidup dengan mendasarkan diri pada hukum Allah, yakni hukum Taurat4. Dengan demikian, bagaimana mungkin bangsa lain mendapat penawaran keselamatan yang sama? Hal ini mempengaruhi kedudukkan orang non-Yahudi dalam komunitas Gereja perdana di Yerusalem. Apakah mereka dapat menjadi bagian dari komunitas Gereja perdana tanpa terlebih dahulu mengikuti budaya Yahudi? Dengan berbagai tantangan yang ada, Gereja tentunya tidak tinggal diam, melainkan Gereja secara aktif merespon tantangan-tantangan yang dialami secara real. Respon Gereja inilah yang mencerminkan dinamika hidup menggereja dari Gereja perdana. Respon itu sendiri tentunya terkait dengan bagaimana Gereja menanggapi berbagai tuntutan pelayanan dan bagaimana respon itu menentukan bentuk-bentuk pelayanan dalam Gereja perdana sebagaimana nampak dalam KPR 2:41-47 dan KPR 6:1-7. Berdasarkan penggambaran diatas menunjukkan bahwa sesuai dengan situasinya masing-masing, baik Gereja perdana maupun Gereja di masa sekarang bersamasama bergumul. Karenanya menarik untuk melihat dinamika hidup menggereja dari Gereja perdana sebagai upaya pembelajaran bagi Gereja masa kini, terkait dengan bagaimana Gereja perdana menjalani dinamika hidup menggerejanya.