"MAKNA KEMURKAAN TUHAN UNTUK SELAMA-LAMANYA KEPADA EDOM SEBAGAI BUKTI PENGASIHANNYA KEPADA UMAT ISRAEL" (Sebuah studi eksegetis terhadap Mal 1:2-5)

Main Author: CHARLESTON PARLINDUNGAN PASARIBU
Other Authors: ROBERT SETIO,
Format: Bachelors
Terbitan: SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta , 2007
Subjects:
Daftar Isi:
  • ABSTRAKSIIde dari penulisan skripsi ini muncul saat penulis sedang menjalani masa stage tahun 2005 di GPIB Magelang, saat penulis mendapatkan kesempatan untuk menelaah Mal 1:2-5. Pergumulan penulis rasakan pertama kali saat menyimak pertanyaan yang diajukan kepadaNya di dalam Mal 1:2 (..dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?..). Spontan penulis menduga bahwa mungkin saja, ada suatu beban yang sangat keras dan terus-menerus, entah apa itu, yang memunculkan pertanyaan yang bernada meragukan kasih Allah seperti itu (bdg. Ayb 7:19-21). Setelah mencermati lebih lanjut, penulis mendapatkan bahwa kitab ini jelas ditujukan bagi umat Israel (Mal 1:1), dan umat Israel-lah yang mengajukan pertanyaan itu kepada Allah, yang sebelumnya melalui sang nabi telah berkata kepada mereka: ..Aku mengasihi kamu.. (Mal 1:2).1 Jadi kalau kita perhatikan kontras di antara dua kalimat tersebut, antara pernyataan pengasihan Allah dan jawaban sinis umat Israel yang menyusuli pernyataan itu, maka tampak jelas bagi kita bahwa umat Israel seperti sudah tidak yakin bahwa Allah masih mengasihi mereka, dan karena itu mereka justru menantang Allah untuk membuktikan sesuatu yang diragukan itu, yaitu kasih-Nya. Namun yang agak aneh, jawaban berikutnya yang diberikan oleh sang nabi juga sepertinya bukan merupakan jawaban langsung atas pertanyaan yang diajukan. Yang ditanyakan adalah bukti pengasihan-Nya pada saat itu, namun jawaban yang diberikan adalah jawaban nostalgia, yang kembali ke era bapak-bapak leluhur, yang di dalam bahasa kitab Maleakhi ini dituliskan bahwa Ia mengasihi Yakub dan membenci Esau, saudara Yakub (Mal 1:2-3a).2 Selain itu ada sesuatu yang menurut hemat penulis tidak beres dengan kalimat tadi. Secara harfiah, nada di dalam kalimat tersebut adalah yang paling keras mengenai Esau dari seluruh bagian Alkitab yang berkisah mengenai interaksi Esau dan Yakub, dan melebihi isu yang ada di dalam narasi Kejadian, yang hanya berbicara mengenai keunggulan yang satu terhadap yang lain, dimana dikatakan bahwa seseorang akan melayani yang lainnya (Kej 25:23).3 Tidak bisa kita pungkiri bahwa ada semacam nada ketidakadilan di dalam bagian ini (Mal 1:2- 3a). Dan seperti yang diungkapkan oleh beberapa ahli,4 seperti Edgar (dikutip oleh Verhoef), Snyman, dan Kaisser: Jika Allah digambarkan sebagai sosok yang penuh kasih terhadap semua orang, termasuk Yakub dalam hal ini, bagaimanakah karena itu Ia jadi membenci Esau? Apalagi hal itu kemudian berlanjut dengan dengan penghancuran wilayah Esau (Mal 1:3b), pembalikan segala usaha bangsa Edom, keturunan Esau, untuk membangun kembali wilayahnya itu (Mal 1:4), dan dan diakhiri dengan kalimat berikut ini: ..dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.. (garis bawah oleh penulis). Dan kalimat terakhir tadilah yang kemudian menjadi pertanyaan besar bagi penulis dalam hal ini: Mengapa (bahkan) menjadi murka selama-lamanya kepada Edom (Mal 1:4)? Seperti yang sudah kita ketahui bersama, di dalam sejarah perjalanan umat Israel seperti yang terdapat dalam Alkitab, mulai dari memasuki tanah Kanaan hingga pada saat Pembuangan dan sesudahnya, memang bangsa Israel (keturunan Yakub) memiliki hubungan yang tidak baik dengan bangsa Edom (keturunan Esau),5 meski ada indikasi bahwa sebenarnya Esau dan Yakub sebagai bapakbapak leluhur dari kedua bangsa tersebut sudah terlebih dahulu berdamai, seperti yang dikisahkan di dalam Kej 33:4 dab. Tetapi kalau pun penghukuman terhadap Esau/Edom ini adalah sesuatu yang berkorelasi dengan (kemungkinan) keberadaan bangsa Edom sebagai musuh bangsa Israel, lantas bagaimanakah kita kemudian mengaitkannya dengan kemurkaan Allah terhadap Edom (sampai selama-lamanya!) sebagai respon-Nya atas pertanyaan bangsa Israel tentang bukti pengasihan-Nya itu?