PENGARUH AJARAN HAU CONFUSIUS TERHADAP PELAKSANAAN TRADISI SEMBAHYANG TSING BING (Tinjauan Teologis Terhadap Pelaksanaan Sembahyang Tsing Bing di GKI Darmo Satelit)
Main Author: | AGUSTINA |
---|---|
Other Authors: | CHRISTOPHORUS THOEKOEL HARTONO, |
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
, 2006
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- ABSTRAKSIKehidupan sosial dan religi masyarakat Tionghoa dipengaruhi oleh prinsip hidup kekeluargaan. Hidup kekeluargaan menempatkan pentingnya hubungan yang erat antara orang tua dengan anaknya. Hubungan itu terjalin sejak orang tua masih hidup sampai dengan orang tua telah meninggal. Keterpisahan anak dari orang tuanya karena kematian jasmani dapat terjalin kembali jika anak senantiasa menyembahyangi orang tuanya yang telah meninggal. Maka hubungan di antara keduanya akan tetap ada secara rohani. Hidup kekeluargaan yang dimiliki orang Tionghoa, juga memberikan tempat yang penting bagi peranan leluhur dari mana orang tua berasal.1 Sehingga seorang anak harus memelihara hubungan yang erat juga dengan leluhur mereka. Dengan menyembahyangi leluhur dan orang tua yang telah meninggal maka anak akan menerima berkat dan keselamatan dari mereka. Anak yang berlaku demikian akan disebut anak yang U Hau (berbakti), sehingga mereka berada dalam keadaan yang tsun-tse (dalam kesempurnaan hidup).2 Bentuk hidup kekeluargaan yang ada pada masyarakat Tionghoa sangat dipengaruhi oleh ajaran Confusius. Confusius adalah guru besar yang dihormati dan dihargai oleh masyarakat Tionghoa. Beliau banyak mengajarkan mengenai tatasusila dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Keseluruhan ajaran tatasusila Confusius didasarkan pada ajaran tentang Hau (bakti). Sikap berbakti paling utama harus diterapkan dalam kehidupan berkeluarga. Karena sikap bakti tersebut akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan negara. Pengaruhnya adalah orang-orang yang menjadi bagian dari masyarakat dan duduk di pemerintahan pun akan menjalankan tanggungjawab dan perananan mereka dengan penuh bakti (Hau). Dengan demikian akan tercipta kehidupan yang harmonis, selaras di keluarga, masyarakat dan negara. Sampai saat ini cara hidup kekeluargaan di masyarakat Tionghoa masih terus dilestarikan. Salah satunya tampak melalui pelaksanaan tradisi Sembahyang Tsing Bing oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. Tradisi itu juga masih dilestarikan oleh orang Tionghoa yang telah menjadi Kristen.3 Pada hakikatnya tradisi Sembahyang Tsing Bing diadakan untuk memperingati kematian leluhur, orangtua atau kerabat dekat. Tradisi itu dilakukan setahun sekali di area pemakaman. Setiap anggota keluarga yang tinggal berjauhan atau dekat akan berkumpul dan pergi bersama ke pemakaman. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan adalah berdoa, menabur bunga, memperbaiki kondisi makam, mengirimkan makanan dan uang dari kertas, mengirimkan rumah-rumahan dan mobilmobilan dari karton, memberi hormat (soja atau pai). Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan salah satu bagian dari perwujutan sikap berbakti (U Hau) anak kepada leluhur, orang tua, atau kerabat dekat yang telah meninggal. Walaupun sudah menjadi tradisi Tionghoa yang umum dilaksanakan di kalangan orang Tionghoa Indonesia, namun pelaksanaan Sembahyang Tsing Bing masih menjadi sesuatu hal yang kontroversial bagi kehidupan iman orang Tionghoa yang telah menjadi Kristen, khususnya yang Kristen Protestan. Dalam ajaran Kristen Protestan, berdoa dan mengirimkan sesuatu (misalnya makanan) kepada orang yang telah meninggal dapat dianggap sebagai tindakan menyembah berhala. Hal tersebut merupakan dosa sehingga orang Kristen tidak boleh melakukan tindakan tersebut. Hal kontroversial lainnya yang timbul adalah jika orang Kristen Tionghoa masih mempunyai kerabat yang bukan Kristen (misalnya Konghucu) dan masih memelihara tradisi Tionghoa. Orang Kristen Tionghoa akan mengalami dilema dalam menentukan sikap ketika ada anggota keluarganya yang melakukan penghormatan, sembahyang atau pengiriman barang-barang untuk yang telahmeninggal. Dilematis yang terjadi adalah: di satu pihak orang Kristen harus setia pada kepercayaan imannya, di pihak lain sebagai orang Tionghoa mereka harus menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dalam tradisi Tionghoa. Bagaimana orang Kristen Tionghoa harus bersikap terhadap pelaksanaan Sembahyang Tsing Bing yang mereka lakukan? Hal tersebut yang akan Penulis tampilkan dalam rumusan masalah.