RETRET SUAMI ISTRI SEBAGAI SARANA DALAM MENJAWAB PERGUMULAN-PERGUMULAN KELUARGA KRISTEN

Main Author: ARON LADO PANGGABEAN
Other Authors: EMMANUEL GERRIT SINGGIH,
Format: Bachelors
Terbitan: SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta , 2007
Subjects:
Daftar Isi:
  • ABSTRAKSIPerkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas aktifitas dan kegiatan orang, terkadang membuat orang semakin jenuh dan lelah, karena tenaga yang terkuras untuk melakukan aktifitas dan kegiatannya. Tidak hanya jenuh dan lelah jasmani yang dirasakan, namun juga jenuh dan lelah rohani, sehingga orang membutuhkan waktu-waktu yang tenang di mana orang dapat dengan mudah merefleksikan kehidupannya sambil berdoa. Cara ini dapat dipakai untuk menghayati hidup kristiani yang lebih mendalam dengan membina hidup rohani, bahkan berusaha menumbuhkembangkan suatu kehidupan spiritualitas di dalam dirinya.1 Sudah barang tentu bahwa gereja perlu berperan dalam menjaga dan mengelola kehidupan rohani seseorang, dalam rangka melepaskan diri dari kejenuhan dan kelelahan rohani yang dirasakannya. Undur sejenak dari rutinitas yang menjenuhkan dan melelahkan tersebut, merupakan solusi yang diberikan oleh beberapa gereja, sejak awal tahun 70an.2 Kejenuhan dan kelelahan akan rutinitas kehidupan, juga dirasakan oleh Tuhan Yesus. Dalam kejenuhan dan kelelahan rohaniNya, Tuhan Yesus mengambil waktu sejenak untuk undur dari rutinitasnya. Hal tersebut dapat dilihat di dalam Injil Markus 6:31.3 Dalam kisah ini Tuhan Yesus dan murid-muridNya undur sejenak dengan mengasingkan diri dari kesibukan pelayanan mereka. Kisah tentang Tuhan Yesus ini kemudian dipakai oleh orang Kristen sebagai dasar dalam membina dan menjalin hubungannya bersama Allah. Dengan demikian, gereja pun meyakini bahwa undur dari rutinitas ini berakar dari apa yang ada dalam kesaksian Alkitab.4 Undur dari rutinitas, dijadikan sebagai salah satu upaya pembinaan hidup rohani bagi warga gereja, di mana orang akan menyediakan waktu untuk pergi ke sebuah tempat yang sepi, hening dan jauh dari keramaian. Di tempat itu, mereka berdoa, merenungkan diri, berefleksi, membaca Kitab Suci, dan hal-hal rohani lainnya. Kegiatan undur dari rutinitas kehidupan seseorang, sering dikenal dengan istilah Retret. Dalam kegiatan ini, calon peserta akan mengalami situasi, keadaan, persoalan, harapan dan kebutuhan yang berbeda setiap waktu. Hal ini karena dipengaruhi oleh latar belakang usia, gereja, budaya dan agama.5 Banyaknya macam atau cara orang mengundurkan diri atas rutinitas hidup ini, tentu memiliki pengaruh positif karena merupakan kegiatan pembinaan rohani sebagai upaya gereja untuk menumbuhkan semangat kerohanian warga gerejanya. Namun, ada juga kesulitan dari banyaknya kegiatan mengundurkan diri ini, misalnya beberapa rumah-rumah retret dengan fasilitas yang cukup dengan acara retret, namun tidak mempunyai tim pembimbing yang jelas. Akan sangat bermanfaat apabila kegiatan mengundurkan diri atau yang banyak dikenal dengan retret yang dilakukan gereja Protestan, digunakan juga sebagai sarana pendampingan pastoral bagi keluarga Kristiani yang membutuhkan pendampingan khusus di dalam kegiatan mengundurkan diri tersebut. Saat ini seringkali orang mendengar berita-berita di media masa yang memberitakan seluk beluk keadaan kehidupan rumah tangga terutama yang terjadi di perkotaan. Tidak sedikit rumah tangga kristen yang tidak lagi berbahagia dan harmonis, bahkan berada di ambang kehancuran.9 Hal lain yang terjadi antara lain, hubungan suami-istri menjadi agak renggang karena frekuensi pertemuan mereka yang semakin kurang10, kasus perceraian melanda pasangan suami-istri, isu kekerasan dalam rumah tangga juga merebak dan menjadi isu yang hangat diperbincangkan dan masih banyak persoalan lainnya yang terjadi dalam keluarga. Hubungan suami-istri yang demikian itu menyebabkan adanya ketidak harmonisan dan jauh dari gambaran yang membahagiakan. Konflik dan persoalan lain dalam keluarga merupakan tantangan yang mendorong suami-istri untuk semakin berusaha mencari metode-metode baru untuk mempertahankan hidup berkeluarga.11 Lantas akibat dari kondisi ini akan muncul dampak yang kurang baik bahkan bisa dikatakan negatif karena akan berimbas pada keluarga itu sendiri, yang didalamnya terdapat anak yang akan terpengaruh secara mental dan psikologis.Untuk itu, gereja perlu mengambil sikap dalam menanggapi persoalan yang melanda keluarga kristiani saat ini. Apakah gereja sudah memikirkan cara terbaik untuk mengatasi pergumulan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga kristiani saat ini? Sejauh mana peran gereja dalam memasuki pergumulan atau persoalan yang dihadapi oleh mereka? Adakah usaha pastoral yang dilakukan oleh gereja untuk turut menyumbangkan sesuatu dalam rangka mempertahankan keutuhan hidup berkeluarga, terutama dalam keluarga kristiani? Gereja harus dapat memberikan perhatian utamanya dalam melihat kesejahteraan keluarga pada umumnya dan keluarga kristiani pada khususnya.12 Ada beberapa gerakan dan metode yang telah dikembangkan untuk membina hidup keluarga menjadi lebih baik, seperti: persekutuan bapak-bapak dan ibu-ibu, persekutuan pasutri, Marriage Encounter dan retret suami-istri. Untuk program retret suami-istri sendiri, sudah banyak dilakukan di kalangan Katolik, kemudian juga dikembangkan oleh gereja Protestan. Dalam skripsi ini pula penyusun menuliskan retret Katolik, karena selain retret ini sudah lama dilakukan secara terorganisir dalam gereja Katolik, penyusun juga ingin agar retret Katolik ini dapat dipahami secara baik dan benar akan makna dan tujuan dari retret itu sendiri agar selanjutnya retret ini dapat dilakukan oleh gereja Protestan secara khusus dengan tujuan yang sesuai dengan kebutuhan warga gereja. Oleh karena itu gereja Protestan pun mengadakan retret suami-istri, di mana hal ini berawal dari pergumulan yang dihadapi oleh pasangan suami-istri dan retret ini dipakai sebagai sarana untuk menolong pasutri, dalam hal membimbing mereka untuk mampu mengatasi pergumulannya sendiri. Dalam retret suami-istri ini, pasangan suami-istri diajak untuk merenungkan kembali kehidupan keluarga yang sedang dijalani, tujuan hidup berkeluarga dan juga panggilan mereka dalam berkeluarga. Mereka diajak untuk semakin memahami kehendak Tuhan dalam kehidupan mereka berdua.13