SIKAP EKA DARMAPUTERA MENGENAI PERGULATAN KEHADIRAN MISIONER GEREJA DAN INTERELASINYA DENGAN PENGANUT AGAMA LAIN PERJUMPAAN ANTARA EKA DARMAPUTERA DENGAN PAUL F. KNITTER

Main Author: SAMUEL TRIONGGO P. MARTOUTOMO
Other Authors: JUSAK TRIDARMANTO,
Format: Bachelors
Terbitan: SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta , 2008
Subjects:
Daftar Isi:
  • BAB I PENDAHULUANI.1. Latar Belakang Permasalahan. Kemajemukan merupakan realitas yang menjadi salah satu ciri dari kondisi masa sekarang ini. Di era modern yang untuk sementara kalangan sudah berlalu dan diganti dengan era paskamodern ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesatnya. Terutama sekali dalam perkembangan teknologi informasi membuat dunia seolah-olah menjadi semakin kecil. Beberapa peristiwa yang terjadi di suatu tempat dengan mudah dan cepat dapat saja diakses oleh orang yang berada dalam belahan dunia yang lain. Hal ini memungkinkan intensitas perjumpaan antara orang yang satu atau kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya menjadi semakin mungkin. Dunia ini tidak lagi menjadi sebuah tempat yang para penghuninya satu dengan yang lainnya sama sekali terasing melainkan secara alamiah terjadi suatu proses yang membuat dunia menjadi semakin global.Proses tersebut memungkinkan setiap orang untuk menyadari bahwa di sekitarnya juga hidup orang lain yang sama sekali lain darinya. Proses ini bukanlah sebuah proses yang sederhana bahkan tidak jarang proses ini merupakan proses yang menyakitkan dan mungkin saja penuh dengan kekerasan. Untuk sebuah contoh sederhana saja, yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari kita di sini. Sebagai seorang Kristen apakah reaksi anda apabila anda melihat tayangan adzan di televisi? Atau apabila anda adalah seorang Muslim apakah reaksi anda ketika dalam masa paskah sebuah stasiun televisi menayangkan film Passion of The Christ? Atau kita dapat menyebutkan contoh yang lainnya. Tentu saja reaksi kita beraneka rupa, mungkin ada yang biasa saja tetapi tidak jarang atau bahkan mungkin kebanyakan terjadi ada reaksi yang sebenarnya mengungkapkan ketidaksukaan. Misalnya dengan segera mengganti saluran telivisi diiringi dengan omelan bernada mengejek. Contoh sederhana ini memperlihatkan betapa dengan perkembangan zaman saat ini kemajemukan menjadi realitas yang teramat faktual yang bahkan dapat menjumpai kita di ruang-ruang pribadi kita pada saat-saat yang juga sangat personal. Contoh ini juga membuktikan bahwa perjumpaan dari banyak hal yang berbeda itu tidaklah selalu mudah.Tidak luput, kehidupan beragama pun menjadi semakin majemuk. Tentu saja hal ini merupakan sebuah problematika tersendiri. Apalagi dalam diri masing-masing agama itu terdapat nilai dan keunikannya masing-masing. Setiap agama memiliki misinya sendiri, dan hal ini semakin membuat kehidupan beragama dalam konteks kemajemukan itu menjadi penting untuk digumuli. Hidup dalam kemajemukan selalu mengandung tantangan tertentu dan mungkin saja ancaman. Hal ini bukanlah hal yang mudah tetapi hal ini tidak mungkin dihindari. Menolak kemajemukan menjadi usaha yang sangat mustahil di masa sekarang ini tetapi berkompromi begitu saja secara tanpa batas tentunya menjadi bumerang bagi identitas diri. Jadi perlulah setiap golongan agama memikirkan kembali mengenai keberadaannya di tengah konteks kehidupan yang majemuk sekarang ini.