KONSEP AJEG BALI DAN DAMPAKNYA BAGI WARGA GKPB SEBUAH PENDEKATAN TEOLOGIS KULTURAL

Main Author: PUTU MICHAEL URYANA
Other Authors: EMMANUEL GERRIT SINGGIH,
Format: Bachelors
Terbitan: SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta , 2007
Subjects:
Daftar Isi:
  • ABSTRAKSIUngkapan Ajeg Bali merupakan ungkapan yang cukup populer, sering diucapkan dan diperdebatkan dalam masyarakat Bali akhir-akhir ini. Ungkapan ini dberitakan disetiap media cetak dan televisi lokal, dan menjadi perbincangan yang hangat disetiap kesempatan, bahkan setiap kegiatan yang bernafaskan ritual pastilah ada ungkapan Ajeg Bali. Kata Ajeg sendiri berarti kokoh, kukuh, tetap, yang mana selanjutnya ungkapan Ajeg Bali berarti orang Bali sebaiknya kembali ke asal, kembali ke Bali yang murni dan damai, dimana semua teratur dan asli1. Ajeg Bali merupakan cita- cita masyarakat Bali untuk menjadikan dirinya merasa berkeadilan secara sosial ekonomi maupun secara sosial budaya2. Secara sosial ekonomi, Bali merupakan tempat pariwisata yang cukup ramai dikunjungi, oleh karena itu banyak masyarakat Bali secara ekonomi bergatung pada pariwisata untuk mendapatkan penghasilan. Tetapi sejak terjadinya bom Bali, 12 Oktober 2002, Bali seakan terpuruk, hal ini membuat usaha-usaha yang berhubungan dengan pariwisata menjadi bangkrut dan banyak orang kehilangan pekerjaannya. Belum lagi dengan adanya warga pendatang membuat persaingan dalam bisnis pariwisata semakin kuat yang membuat orang asli menjadi tersisih dan menjadi orang asing di rumahnya sendiri. Dengan keadaan seperti ini masyarakat menjadi waspada dan siaga setiap saat, sehingga dengan cepat memproteksi diri dan curiga dengan orang luar Bali. Usaha meng-Ajeg Bali-kan Bali merupakan tanggung jawab dari orang Bali. Orang Bali merupakan orang yang tepat untuk dapat menjalankan konsep Ajeg Bali tersebut, tetapi siapakah orang Bali itu atau orang Bali yang mana, yang melaksanakan Ajeg Bali?. Kebudayaan meliputi semua aspek dalam kehidupan manusia seperti bahasa dan adat istiadat,agama dan kepercayaan, penetapan nilai-nilai dan pengubahannya, ilmu pengetahuan dan filsafat, serta aneka ragam kesenian. Kebudayaan selalu ada dalam setiap aspek kehidupan manusia, jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya kebudayaan. Kultur atau kebudayaan adalah sesuatu yang dibuat manusia, dan akhirnya ia juga membentuk manusia dengan kebudayaan. Karena kebudayaan adalah hasil karya manusia, maka sifatnya hanyalah sementara dan pada umumnya kebudayaan ini sedang mengalami proses perubahan3. Proses perubahan kebuadayaan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan jaman, namun terkadang manusia sulit untuk mengikuti perubahan yang disebabkan oleh perkembangan jaman ini, padahal diketahui bahwa kebudayaan itu dibuat oleh manusia untuk kepentingan manusia itu sendiri. Manusia terkadang juga terlalu memegang kuat kebudayaan yang telah ada dan ia tidak peduli dengan perubahan jaman yang mengharuskan adanya perubahan kebudayaan karena kebudayaan tersebut dinilai sudah tidak tepat dan relefan lagi. Secara sosial budaya masyarakat Bali, budaya merupakan bagian yang penting. Budaya Bali mememang tidak bisa lepas dengan agama Hindu karena budaya Bali akan selalu bernafaskan ajaran agama Hindu begitu juga sebaliknya. Sehingga dinamika kebudayaan Bali wajib dikendalikan agar jangan kehilangan jati dirinya atau nafasnya yaitu agama Hindu4. Dengan demikian orang Bali adalah orang Hindu yang mana kultur budaya yang ada di Bali merupakan perwujudan rutinitas keagamaan dari agama Hindu. Melihat hal diatas muncul pertanyaan, bagaimana dengan orang Kristen khususnya GKPB sebagai lembaga geraja yang ada di Bali, apakah mereka bukan bagian dari budaya Bali atau memang sebaliknya.