KEDEWASAAN GKJW JEMAAT BANGKALAN DALAM MENGHADAPI DINAMIKA KONTEKS

Main Author: SETIYOWATI TIPERINI JAYA
Other Authors: CHRISTOPHORUS THOEKOEL HARTONO,
Format: Bachelors
Terbitan: SInTA - Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta , 2006
Subjects:
Daftar Isi:
  • ASBTRAKSebuah gereja hadir di dalam dunia tidak dapat terlepas dari tugas-panggilannya, yaitu meneruskan karya Tuhan Allah melalui penebusan oleh Yesus Kristus. Gereja adalah misi Allah.1 Oleh sebab itu keberadaan gereja tidak dapat terlepas dari Allah, karena keberadaan gereja merupakan sebuah panggilan-tugas Allah. (Missio Dei). Dengan kata lain keberadaan gereja menetukan hakikat dan tujuan gereja itu sendiri. Jadi dapat dilihat bahwa gereja itu adalah tugas-panggilannya atau panggilan-tugas gereja adalah hakekat gereja itu sendiri Sehingga tugaspanggilan gereja bukan hanya merupakan salah satu kewajiban dan kegiatan gereja. Gereja adalah sebuah organisme2 yang harus terus bertumbuh dan dewasa bukan barang jadi dan terus seperti apa adanya dahulu sampai di kemudian hari. Eka Darma Putra3 mengatakan bahwa gereja adalah suatu persekutuan yang senantiasa bergerak, senantiasa mencari. Untuk melaksanakan tugas-panggilannya ia harus senantiasa dinamis tidak statis. Ia harus melewati suatu proses menuju kepada kedewasaan panggilannya. Gereja mengalami proses jatuh, bangun dan terus belajar dalam memahami dan melaksanakan tugas-panggilannya tersebut. Kraemer4 mengatakan gereja yang dewasa adalah di mana jemaatnya merespon dan me-yakan panggilan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Respon itu dapat dipertanggungjawabkan melalui tiga hal, yaitu pertama, jemaat dapat memimpin dirinya sendiri, kedua, jemaat dapat memperluas dirinya sendiri, ketiga, jemaat dapat membiayai dirinya sendiri. Gereja menjadi dewasa membutuhkan sebuah proses. Seperti seorang anak yang tumbuh, mulai dari bayi sampai bisa berjalan sendiri dan akhirnya menjadi seoang yang dewasa. Banyak hal yang harus dihadapi dan yang mempengaruhi kehidupannya. Pada saat belajar berjalan, seorang bayi mungkin jatuh bangun sampai akhirnya bisa berdiri dengan benar lalu tertatih-tatih belajar berjalan. Sebuah gereja tidak dapat terlepas untuk melalui proses tersebut. Ia mengalami banyak pergumulan dalam mempertanggungjawabkan tugas-panggilan dan kedewasaannya. Penulis terrgelitik untuk mengupas kedewasaan gereja di mana penulis pernah berstage yaitu GKJW jemaat Bangkalan5. Jemaat Bangkalan merupakan salah satu dari 22 Gereja yang ada di Pulau Madura. Ia adalah salah satu gereja yang sudah mengakui kedewasaannya. Oleh sebab itu ia harus dapat mempertanggungjawabkan kedewasaannya dalam proses bertumbuh dan berkembangnya. Ia berada dan bertumbuh dengan latar belakang lingkungan adat yang keras, agama mayoritas yang kental, dan komposisi anggota jemaat yang mengalami perubahan dan beragam. Madura terkenal dengan adat yang keras. Ia memiliki aturan-aturan tertentu dalam hidupnya yang tidak dapat dilanggar oleh siapapun. Jika ada yang melanggarnya maka yang bersangkutan tidak akan segan-segan diberi sangsi. Misalnya jika ada orang yang menghina kehormatan ibu dan bapaknya maka tidak segan-segan mereka memberikan sangsi yang tegas yaitu dengan carok. Keagamaan di Madura juga sangat mendarah daging. Agama mayoritas adalah Islam. Jika Aceh dikatakan sebagai serambi Mekah maka Madura dikenal sebagai daerah seribu Pesantren. Tidak heran bila orang mengidentikkan orang Madura beragama Islam. Anggota GKJW jemaat Bangkalan berasal dari berbagai macam suku di Indonesia, mereka adalah pendatang. Meskipun belum ada data khusus dalam penjumlahan komposisi jemaat namun penulis dapat menyebutkannya keberagaman suku yang ada antara lain suku Jawa, Batak, Irian Jaya, Timor, NTT, NTB, warga Keturunan, dll. Anggotanya terdiri dari PNS, TNI AL, wiraswasta dan pegawai swasta. Anggota jemaat bisa berubah sewaktu-waktu karena adanya mutasi. Misalnya ada orang datang ke Bangkalan karena ditugaskan oleh pemerintah lalu tertarik masuk ke GKJW jemaat Bangkalan. Namun beberapa saat ada orang yang pergi karena masatugasnya habis. Oleh sebab itu GKJW jemaat Bangkalan disebut gereja transit, karena hanya digunakan untuk tempat berteduh sementara bagi para pendatang. Jemaat Bangkalan memiliki kekhasan tersendiri daripada GKJW di tempat lain. Ia adalah jemaat yang berada di tanah Madura, meskipun masih satu kompleks dengan Jawa Timur tapi secara fisik tidak sama, dengan memiliki warga jemaat yang berasal dari luar daerah dan berasal dari berbagai macam denominasi dan adat.