PENGARUH TRADISI PADA POLA RUANG RUMAH LIMASAN PERMUKIMAN DESA KAPONAN

Main Authors: Yunita , Nurmayanti , Lisa , Dwi Wulandari , Agung , Murti Nugroho
Format: Proceeding PeerReviewed application/pdf
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://eprints.upnjatim.ac.id/6841/1/Isi_9.pdf
http://eprints.upnjatim.ac.id/6841/
Daftar Isi:
  • embangunan berkelanjutan yang mengintegrasikan unsur - unsur lingkungan alam, kehidupan sosial dan ekonomi menjadi isu yang banyak dibicarakan untuk meminimalisir dampak globalisasi. Pada bidang arsitektur, kajian terhadap permukiman dan rumah-rumah tradisional hadir sebagai konsep dalam menjawab permasalahan lingkungan alam maupun kehidupan sosial-budaya masyarakat di masa kini maupun mendatang. Saat ini, memang sulit menemukan obyek arsitektur rakyat di Pulau Jawa yang murni tradisional. Namun, beberapa obyek yang masih ada, dihuni dan dipelihara akan mampu menggambarkan tradisi yang masih berlanjut dengan adaptasi terhadap perkembangan kebutuhan zaman. Berdasarkan asal - usul historis, kondisi sosial dan varian budayanya, penduduk Desa Kaponan cenderung digolongkan ke dalam masyarakat Jawa Santri. Masyarakat yang mendiami desa dengan lahan pertanian yang lebih dominan terhadap permukiman masih melestarikan berbagai tradisi yang dilakukan secara periodik, terutama yang bersifat religi. Masyarakat di desa ini juga masih memelihara dan mempertahankan hunian-hunian berusia tua dengan langgam atap limasan, khususnya yang ada di Dusun Kaponan I, karena dari sinilah permukiman ini berawal sejak tahun 1777. Pola dan hirarki ruang pada hunian-hunian tersebut diperkirakan erat kaitannya dengan tradisi yang masih berlaku. Tulisan ini akan membahas pola ruang yang terbentuk berdasarkan latar belakang historis, tradisi religi dan budaya pada beberapa sampel hunian milik mantan Lurah, pamong desa, tokoh masyarakat dan petani. Ruang-ruang sosial yang terbentuk pada hunian-hunian berarsitektur tradisional Jawa diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan masih terus berlanjut pada pembangunan rumah-rumah masyarakat agraris pedesaan di masa-masa mendatang, sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan ciri khas yang telah menjadi identitas.