Daftar Isi:
  • Krisis akhlak terjadi karena kesalahan dunia pendidikan atau kurang berhasilnya dunia pendidikan dalam menyiapkan generasi muda bangsanya. Tujuan tersebut terinteregasi dalam satu tujuan yang disebut tujuan tertinggi pendidikan Islam, yaitu tercapainya kesempurnaan insani. Tujuan ini hanya dapat terealisasi dengan pendekatan diri kepada Allah serta hubungan terus-menerus antara individu dan penciptanya. Inilah inti dasar akhlaki pendidikan Islam. Penulis merumuskan beberapa masalah yaitu (1) Apa sajakah materi yang disampaikan dalam pendidikan akhlak?, (2) Metode apa sajakah yang digunakan dalam pendidikan akhlak?, (3) Apa sajakan faktor-faktor yang menunjang dan menghambat pelaksanaan pendidikan akhlak di MI Islamiyah Kluwih Bandar Batang?. Tujuannya (1) Untuk mengetahui materi pendidikan akhlak, (2) Untuk mengetahui metode pendidikan akhlak, (3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menunjang dan menghambat pelaksanaan pendidikan akhlak di MI Islamiyah Kluwih Bandar Batang. Kegunaannya (1) Secara teoritis diharapkan memberikan sumbangan bagi pengembangan dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya dapat memperkaya khasanah pendidikan yang diperoleh dari penelitian lapangan ini. (2) Secara praktis, bagi pendidik dapat memperoleh pemahaman tentang pentingnya pelaksanaan pendidikan akhlak. Peneliti melakukan riset menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Adapun data-data yang diperlukan digali dengan metode observasi, interview dan dokumentasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) Materi pendidikan akhlak meliputi materi ritual, materi hafalan surat-surat pendek dan materi hafalan hadits-hadits, materi bertutur sapa dengan menggunakan bahasa krama, materi tentang bertingkah laku yang baik dan materi praktek ibadah. (2) Metode yang digunakan dalam pendidikan akhlak meliputi: metode pembiasaan, keteladanan, demonstrasi, kisah, nasehat, perhatian dan pemberian hadiah dan hukuman. (3) Faktor penunjang antara lain lingkungan yang memiliki kesadaran berakhlakul karimah tinggi, guru madrasah yang memiliki latar belakang pondok pesantren, komitmen yayasan yang kuat dengan perpegang teguh pada nilai-nilai akhlakul karimah, sebagian besar peserta didik adalah putra alumni pondok pesantren, peserta didik yang sebagian besar mengisi waktu sore hari untuk sekolah di madrasah diniyah (Madin) dan TPQ. Faktor penghambats antara lain sebagian masyarakat yang masih berkeyakinan bahwa sekolah di MI tidak bisa melanjutkan ke sekolah menengah negeri dan kondisi masyarakat yang sebagian besar merantau ke Jakarta, banyak yang membawa budaya baru yang kurang sesuai dengan syariat Islam, sehingga peserta didik dikhawatirkan akan mengikuti budaya tersebut