BERPIKIR MENURUT MARTIN HEIDEGGER DAN SIGNIFIKANSINYA BAGI PEMIKIRAN ISLAM MODERN

Main Author: Limpad Tuhu Pamungkas, NIM.: 20205011009
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53979/1/20205011009_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53979/2/20205011009_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53979/
Daftar Isi:
  • Kemodernan yang telah melahirkan kemajuan pesat di bidang sains dan teknologi dalam dua-tiga abad terakhir telah merubah secara radikal cara berpikir manusia modern. Tanpa sadar kemajuan sains dan teknologi telah memandu setiap sendi kehidupan manusia hari ini, sehingga mereduksi seluruh cara pandang dunianya ke dalam bingkai calculative thinking. Agama pun didekati, dimenej, bahkan dihayati dalam bingkai calculative thinking tersebut, sehingga apa yang sakral menguap dan menjadi sekedar antropomorfik. Dalam hal ini Martin Heidegger telah mengingatkan tentang bahaya yang mungkin dihadapi oleh umat manusia apabila suatu hari nanti calculative thinking menjadi satu-satunya cara berpikir yang diterima. Baginya, cara pikir yang sekedar kalkulatif bukanlah berpikir. Berangkat dari sini, penelitian ini bertujuan untuk melihat dan memahami gagasan Martin Heidegger terkait berpikir dan signifikansinya bagi pemikiran Islam modern. Sebagai jenis penelitian pustaka, penelitian ini dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi diskriptif. Kemudian untuk menganalisa dan memahami gagasan Heidegger tentang berpikir terkait signifikansinya bagi pemikiran Islam, digunakan metode Verstehen model hermeneutika Hans Georg Gadamer. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bagi Heidegger berpikir bukan lagi sekedar kalkulasi, melainkan suatu pemikiran yang penuh perhatian, yang gigih dan berani, yang siap menunggu dan siap melepaskan, yang mengikat dirinya pada Ada, yang juga disebut sebagai berpikir meditatif. Setidaknya terdapat dua atribut penting untuk menujunya, yaitu releasament toward things dan openness to the mystery. Baginya berpikir adalah syukur yang sejati yang menjaga hakikat kita sebagai ada yang berpikir. Kemelekatan kita pada berpikir kalkulatif dan mengabaikan cara berpikir lain yang lebih esensial dianggapnya sebagai lari dari berpikir. Terkait hal ini, berpikir sebagaimana dipahami Heidegger memperoleh signifikansinya bagi pemikiran Islam modern, di mana nalar kalkulatif telah meresapinya terlepas dari berbagai attitude-nya terhadap kemodernan itu sendiri.