AL ‘ANASHIR AL DAKHILIYAH FI AL QISSAH AL QASIRAH " ’AHD AL SYAITHAN " LI TAUFIQ AL-HAKIM (DIRASAH TAHLILIYAH DAKHILIYAH ‘INDA ROBERT STANTON)

Main Author: Harits Abdurrahman Ahmad, NIM.: 14110044
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ar
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48081/1/14110044_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48081/2/14110044_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48081/
Daftar Isi:
  • Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tema, fakta cerita (alur, karakter, dan latar), dan sarana cerita (sudut pandang, judul, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi) yang terdapat pada cerpen “’Ahdu Asy-Syaithan” karya Taufik Al-Hakim. Cerpen ini menceritakan tentang tokoh aku yang menukarkan masa mudanya kepada setan untuk mendapatkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan. Hal tersebut dilakukannya setelah membaca kisah Faust yang menukarkan jiwanya untuk mendapatkan masa mudanya kembali. Hasil analisis cerpen ini menunjukkan tiga. Pertama, dari segi fakta cerita terbagi menjadi alur, penokohan, dan latar. Alur pada cerpen ini menggunakan alur campuran. Tokoh yang terdapat pada cerpen ini yaitu tokoh utama Aku, yang menukarkan masa mudanya kepada setan untuk mencintai ilmu pengetahuan. Setan sebagai tokoh antagonis yang menyesatkan tokoh aku, sehingga ia kehilangan masa mudanya. Faust merupakan tokoh yang menjadi pemicu keinginan tokoh aku membuat perjanjian dengan setan. Dan seorang pembantu yang menyadarkan tokoh aku pada kahir cerita. Latar cerpen ini dibagi dua, yaitu latar waktu dan latar tempat. Latar waktu ketika tokoh aku membaca kisah Faust di malam hari pada musim dingin, dan malam hari ketika Faust meratapi masa tuanya. Latar tempat yaitu ruang baca tokoh aku, kamar Faust, dan kamar tokoh aku. Kedua, tema yang tedapat dalam cerpen ini adalah tentang penyesalan. Ketiga, sarana cerita dalam cerpen ini terdiri dari sudut pandang, judul, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi. Sudut pandang cerpen ini adalah tokoh utama sebagai pelaku utama. Judul cerpen ini sesuai dengan isi cerita yaitu pembuatan perjanjian tokoh Faust, tokoh Aku, dan Setan. Gaya yang terdapat pada cerpen ini adalah tidak langsung, sederhana, dan deskriptif, dengan tone ironi. Simbol yang dimunculkan dalam cerpen ini melalui penamaan tokohnya. Tokoh Setan menyimbolkan judul dan isi cerita. Ironi yang ditampilkan pada cerpen ini adalah ironi dramatis atau alur ironi. Ironi tersebut dilihat dari maksud atau tujuan Faust dan tokoh aku yang keduanya tidak sesuai dengan kenyataan.