MASKULINITAS DALAM NOVEL IMRA’AH ‘INDA NUQTAH AL-SIFR DAN AL-HUBB FI ZAMAN AL-NAFT KARYA NAWAL AL-SA‘DAWI
Main Author: | Ranjy Ramadani, NIM.: 18201010033 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46500/1/18201010033_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA1.pdf https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46500/2/18201010033_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46500/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini mengkaji dua novel Nawāl al-Sa‘dāwī, yaitu; novel Imra’ah ‘inda Nuqṭah al-Ṣifr dan Al-Ḥubb fī Zaman al-Nafṭ. Penelitian ini berupaya untuk mengungkap dan menganalisa alasan dibalik penggunaan gagasan maskulinitas yang ditulis oleh Nawāl al-Sa‘dāwī dalam dua novel tersebut. Penelitian ini mengacu pada pendekatan maskulinitas yang ditawarkan oleh R.W. Connell dan pendekatan maskulinitas perempuan oleh Judith Halberstam. Maskulinitas adalah salah satu gender yang dianggap sebagai simbol kelelakian yang harus ada pada laki-laki. Halberstam mengungkapkan bahwa maskulinitas bukanlah properti bagi laki-laki, namun ia dapat dibentuk, ditampilkan, dan dimiliki oleh siapa saja termasuk perempuan. Nawāl al-Sa‘dāwī yang merupakan seorang feminis sering menciptakan tokoh perempuan dengan karakter maskulin, termasuk dalam dua novelnya yang akan dibahas kali ini. Kontradiksi ini menarik minat penulis untuk mengkajinya lebih lanjut karena kebanyakan penelitian maskulinitas hanya berkutat pada laki-laki, bukan perempuan seperti yang ditampilkan Nawāl al-Sa‘dāwī dalam novelnya. Metode analisis data pada penelitian ini berupa metode kualitatif deskriptif. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah ditemukan tiga bentuk maskulinitas yang ditampilkan oleh para tokoh, seperti maskulinitas hegemonik dan maskulinitas marginal dan juga maskulinitas perempuan. Kelompok maskulinitas hegemonik ini menjadi kelompok dominan yang paling berkuasa di masyarakat. Sebagai respon dari masifnya kekuasaan maskulinitas hegemonik yang mengarah pada penindasan perempuan, Nawāl al-Sa‘dāwī menggunakan maskulinitas perempuan untuk menunjukkan bahwa perempuan mampu melawan maskulinitas hegemonik yang sangat opresif. Maskulinitas perempuan ini juga bertujuan untuk merubah gagasan masyarakat bahwa perempuan itu lemah dan tidak sebanding dengan laki-laki. Temuan ini sekaligus menjadi kritik terhadap pemahaman masyarakat yang mengklasifikasi manusia berdasarkan jenis kelamin dan gendernya.