PERAN REMAJA SEBAGAI MEDIATOR KULTURAL DALAM KONFLIK MASYARAKAT BERBASIS IMAN (STUDI KASUS MASYARAKAT DUSUN NGANDONGSARI DESA PATUK KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNG KIDUL)
Main Author: | FITRIANI AYU LESTARI, NIM. 13540010 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.uin-suka.ac.id/28648/2/13540010_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf http://digilib.uin-suka.ac.id/28648/1/13540010_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf http://digilib.uin-suka.ac.id/28648/ |
Daftar Isi:
- Konflik merupakan suatu kenyataan hidup yang tidak bisa dihindari dalam hidup manusia. Konflik timbul karena ketidakseimbangan dari hubungan itu. Contohnya perbedaan iman, perbedaan persepsi, perbedaan status keagamaan, kurang meratanya kemakmuran, kekuasaan yang otoriter dan lain-lain. Konflik ini terjadi di salah satu daerah di Yogyakarta tepatnya di Dusun Ngandongsari, Desa Patuk Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. Konflik ini berbau unsur kefanatikan terhadap unsur agama. Misalnya NU dan Muhammadiyah, mereka tidak bisa hidup berdampingan layaknya masyarakat. Bahkan yang paling mencolok adalah kaum pemuda yang terlihat gap terhadap masyarakat di luar aliran agamanya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui studi lapangan. Metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan para warga Dusun Ngandongsari, Patuk, Gunung Kidul. Pengamatan observasi di lakukan pada aktivitas para warga sehingga dapat di tulis secara rinci dan narasi. Adapun analisis data menggunakan deskriptif kualittif untuk menemukan realitas social yang ada di masyarakat, sehingga mengandalkan dan menekankan pada komprehensif dari sumber-sumber yang ditemukan. Teknik pengolahan data menggunakan analisis dengan menggunakan teori konflik dan teori mediasi. Dari hasil penelitian dengan teori mediasi kultural menurut Vygotsky menemukan strategi sebagai reduktor konflik yang terjadi antar organisasi NU dan Muhammdiyah di Dusun Ngandongsari Desa Patuk, Gunung Kidul dan yang menjadi penengah (mediator) konflik tersebut adalah para pemuda di Dusun Ngandongsari. Para pemuda menyatukan organisasi tersebut dengan cara mengadakan kegiatan jalan sehat setiap periode tertentu, yasinan, ketika ada orang meninggal dunia warga saling tolong menolong, kegiatan rasulan (bersih desa), adanya pernikahan antar dusun, anak-anak yang bersekolah di tempat yang sama, dan berkumpul atau nongkrong bersama.