Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram tentang pendidikan akhlak dalam buku Puncak Makrifat Jawa pengembaraan batin Ki Ageng Suryomentaram

Main Author: Ahmad, Tomy Muhlisin
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/9810/1/SKRIPSI%20FULL%20BAB%20I-V.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/9810/
Daftar Isi:
  • Penulisan skripsi ini membahas tentang studi tokoh dengan metode library research (kepustakaan). Kajiannya dilatarbelakangi atas problematika akhlak, gejala kemerosotan moral zaman sekarang. Maka sangat tepat jika perlu memunculkan kembali pemikiran Ki Ageng Suryomentaram tentang konsep pendidikan akhlak. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan akhlak saat ini, kajiannya terdapat dalam buku Puncak Makrifat Jawa (Pengembaraan Batin Ki Ageng Suryomentaram) dan buku-buku relevan yang masih terkait dengan tokoh. Berdasarkan data dalam bentuk deskripsi, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti mengkaji pemikiran Ki Ageng Suryomentaram baik itu latar belakang pendidikan, budaya, situasi dan kondisi sosial-politik yang memengaruhi pemikirannya. Peneliti menggunakan metode kepustakaan (dokumentasi) digunakan untuk mengumpulkan data berupa buku-buku sebagai bahan informasi (data sekunder). Kemudian dianalisis dengan metode analisis interpretasi dan metode analisis isi (content analysis). Kawruh Jiwa memiliki ciri keatif (generative feature), orang lebih memberikan penekanan terhadap ‘rasa’ (perasaan, jiwa), ketimbang ‘mikir’ (berfikir), sebab pemikiran atau nalar merintangi kebebasan manusia, sementara ‘rasa’ sebagai sumber dari segala perasaan melahirkan setiap pemikiran dan tindakan. Ciri non-otoritarianisme, egalitarianisme, dan universalisme; menurutnya semua orang berbagi akan ‘rasa sama’ (feeling of origin) meskipun yang muncul dalam diri manusia itu berbeda-beda (feeling that comes to origin). Sifat yang bukan kebanggaan diri melainkan pengetahuan diri, kebebasan dan demokrasi. Sifat bebas materialism; kebahagiaan tidak bersumber dari pemuasan kebutuhan-kebutuhan material, melainkan bersumber dari jiwa yang tenang dan damai. Adapun materi pendidikan akhlak yang dapat dirangkum antara lain; manusia tanpa ciri, mawas diri, mulur-mungkret, dan kramadangsa. Inti dari pemikiran Ki Ageng Suryomentaram, belajar memahami diri sendiri (meruhi awakipun piyambak) secara tepat, benar, dan jujur, sebagai bekal untuk mampu memahami atau mengerti orang lain dan lingkungannya. Perlunya kemampuan untuk menghayati apa yang dirasakan oleh orang lain.