Relevansi budaya Warak Ngendog dengan dakwah lintas budaya di Kota Semarang

Main Author: Hasanah, Ulfatun
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/8685/1/ULFATUN%20HASANAH_1600048011.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/8685/
Daftar Isi:
  • Tesis ini mengkaji secara semiotik salah satu budaya penyambutan puasa Ramadhan yang dilakukan masyarakat Semarang. Warak Ngendog sebagai simbol Tradisi Dugderan telah dimulai sejak tahun 1881 M di masa pemerintahan Bupati Semarang RMTA Purbaningrat dan pengaruh ulama besar Kyai Saleh Darat, pendiri Pesantren Darat sekaligus penulis “Kitab Kuning”. Warak Ngendog ditampilkan setiap menjelang Ramadhan yang merupakan simbol toleransi antar etnis di Semarang yaitu Jawa, Arab, dan Cina. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memahami, dan menjelaskan: (1) Makna simbol-simbol dan materi dakwah yang ada pada budaya Warak Ngendog, (2) Menjelaskan relevansi budaya Warak Ngendog dengan menganalisis dakwah lintas budaya di kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan semiotik. Sumber data primer adalah Warak Ngendog Kota Semarang, sedangkan sumber data sekunder didapat dari orang-orang yang sering berinteraksi dengan budaya Warak Ngendog, kajian kepustakaan, surat kabar, dan media online. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung, dan observasi partisipatif. Sedangkan teknik analisis data menggunakan model Milles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Warak Ngendog dianalisis secara denotasi, konotasi, dan mitos lewat elemen tubuhnya. Ada enam elemen tubuh dan makna simbolisnya, yaitu tubuh Warak Ngendog sebagai simbol toleransi tiga etnis, kepala yang menakutkan, leher yang panjang dan lenjang, tubuh yang dapat dipanggul dan dinaiki orang pada punggungnya, bulu yang menyolok dan tersusun terbalik, empat kaki yang berdiri tegak, serta adanya endhog (Jawa: telur). Bahkan Warak Ngendog juga sarat akan materi dakwah mengenai akidah, syariah, dan akhlak. Melalui analisis semiotik ini juga dapat disimpulkan bahwa Warak Ngendog masih relevan sebagai media dakwah bagi masyarakat. Selain sebagai penegasan awal puasa Ramadhan, makna yang terkandung adalah nasehat untuk toleransi, mengendalikan hawa nafsu, mengganti perilaku buruk dengan perilaku baik, dan meningkatkan ketaqwaan pada Allah SWT.