Analisis sistem penanggalan Pakuwon Bali

Main Author: Ramdhani, Fajri Zulia
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/8002/1/1402046072.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/8002/
Daftar Isi:
  • Sistem penanggalan Pawukon Bali merupakan salah satu sistem penanggalan khas Indonesia. Indonesia memiliki sekian banyak sistem penanggalan yang merupakan warisan kekayaan dari berbagai suku dan budaya di Indonesia. Sistem penanggalan Pawukon dalam satu siklusnya berjumlah 210. Hal yang menarik adalah karena jumlah nya berbeda dengan sistem penanggalan lain yang dapat dijumpai di dunia. Dalam sistem perhitungan hari sistem penanggalan Pawukon, ada yang disebut dengan wuku. Wuku merupakan istilah mingguan yang terdiri dari 7 hari. Hal lain yang turut serta dalam perhitungan sistem penanggalan Pawukon adalah Wewaran. Wewaran merupakan siklus hari, yang sering kita sebut istilah mingguan. Wewaran memiliki 10 jenis siklus, dimulai dari Ekawara yang berjumlah 1 hari, hingga Dasawara dengan jumlah 10 hari. Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana sistem penanggalan Pawukon yang digunakan oleh masyarakat Bali dan bagaimana nalar penggunaan sistem penanggalan Pawukon Bali. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan kajian penelitian kepustakaan (library research). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada I Gede Marayana, salah seorang pengarang kalender Bali. Dan menganalisa dokumen berupa kalender Bali. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu mendeskripsikan sistem penanggalan Pawukon yang digunakan oleh masyarakat Bali berdasarkan teori yang ada dan eksistensi penggunaan penanggalan Pawukon Bali. Penelitian ini menghasilkan dua temuan. Pertama, kalender Pawukon Bali merupakan kalender yang berputar secara siklik (nemu gelang). Kalender Pawukon Bali terdiri dari 30 wuku, dimana masing-masing wuku terdiri dari 7 hari (saptawara). Dalam sistem penanggalan ini, juga digunakan siklus hari yang disebut wewaran. Wewaran memiliki 10 tipe mingguan yang digunakan. Sistem penanggalan Pawukon Bali tidak menggunakan benda langit sebagi acuan penggunaan. Meski demikian, secara kriteria dan istilah sistem penanggalan Pawukon Bali dapat dikategorikan sebagai sebuah kalender. Kedua, nalar penggunaan sistem penanggalan Pawukon Bali ini adalah bahwa dalam kehidupan masyarakat Bali yang dinamis dan religius, kalender ini tidak terlepas dari pada fungsinya di berbagai sektor sehingga dan menjadi faktor penggunaannya di Bali hingga kini. Jika diulas, maka kalender Pawukon Bali dalam eksistensinya hingga kini dapat dirangkum dalam tiga hal, yaitu dalam memelihara tradisi, urgensinya di masyarakat, dan khazanah keilmuan yang dipertahankan dalam bidang sistem penanggalan.