Penafsiran makna baḫrain dalam al-Qur’an pendekatan tafsir ilmiy

Main Author: Abad, Mamad Muhammad Fauzil
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7925/1/134211061.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7925/
Daftar Isi:
  • Fenomena pertemuan dua lautan yang berada di selat Giblartar, pertemuan antara laut Atlantik dan laut Meditrania, membuat semua orang kebingungan dan sulit untuk dijangkau dengan logika, dimana dua aliran air ini berdampingan namun memiliki kadar salinitas yang berbeda, yang satu asin lagi pahit dan yang satunya tawar lagi segar. Apabila dipraktekan dengan cara mempertemukan dua air yang mempunyai kadar salinitas yang berbeda namun tidak menyatu, penulis yakin tidak akan ada yang bisa. Karena semua itu adalah mukjizat Allah SWT.Oleh karena itu, penelitian ini terfokus pada judul “Penafsiran Makna Baẖrain dalam al-Qur’an (Pendekatan Tafsir ‘Ilmiy)”. Dalam penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Reseach) dengan pendekatan tafsir ‘ilmiy, yaitu dengan cara memahami al-Qur’an dengan pendekatan sains Modern, untuk data primernya adalah ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan judul dan data sekundernya adalah kitab-kitab tafsil ‘ilmiy dan buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Metode yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode tematik, yang mana mengumpulkan semua ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan term baẖrain. Adapun dalam analisis data, penulis merujuk kepada Miles and Huberman, dimana dalam metodologi kualitatif harus memiliki tiga langkah. Pertama, data reduction, data display, dan data verification. Makna baẖrain menurut kalangan ulama tafsir ilmiy terdapat kontroversi, Pertama, terjadinya pertemuan dua lautan, yang terjadi di selat Giblartar, pertemuan laut Atlantik dan laut Meditrania. Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Fakhruddin ar-Râzi, Thanthawi Jauhari, Abiy Hayyan al-Andalusiy, Sayyid Qutb, Ibrahim bin Umar bin Hasan al-Rubat bin Ali bin Abi Bakar as-Syafi’I al-Biqa’i, dan Quraish Syihab. Kedua,baẖru as-samâ’ wa bahru al-ardh (air laut dan air hujan). Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Fakhruddin ar-Râzi, Thanthawi Jauhari, Sayyid Qutb, dan Syihabuddin Sayyid Mahmud.Namun menurut penulis yang selaras dengan temuan sain modern bahwa makna baẖrain diartikan dengan yang ditemukan pada tahun 1873 oleh para Oceanografer, hal ini, terjadi di permukaan laut dan di dasar laut. Seperti di antara laut Mediterania dan laut Atlantik, dan sebuah sungai di dasar laut di Cenota Angelita, Mexico.Bukan hanya itu, ternyata di daerah pertemuan dua lautan terdapat Sumber Daya Alam yang melimpah, seperti Gas Alam, Minyak, mutiara, marjan dan ikan. Hal tersebut disebabkan terjadinya pemerosesan posil, lokan menyusup dari air tawar ke air asin.