Upaya mengurangi kenakalan remaja melalui bimbingan konseling Islam berbasis pengalaman outbound pada siswa SMP Teuku Umar Semarang
Daftar Isi:
- Bimbingan konseling Islam merupakan aktivitas dalam membina dan menumbuhkan sikap konsisten akan ajaran Islam disertai dengan kesehatan mental yang mengantarkan pada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan remaja yang terjadi pada siswa SMP Teuku Umar Semarang, mendeskripsikan pelaksanaan bimbingan konseling Islam berbasis pengalaman outbound dan untuk mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung dalam melakukan bimbingan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Adapun langkah-langkahnya adalah peneliti mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian data tersebut dianalisis dan dijelaskan sesuai dengan fakta yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya mengurangi kenakalan remaja melalui bimbingan konseling Islam berbasis pengalaman outbound pada siswa SMP Teuku Umar Semarang sangat membantu terhadap perubahan perilaku siswa. Kegiatan outbound yang dilaksanakan sebulan sekali nyatanya telah memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat dan memberikan nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam proses bimbingan dan konseling. Siswa merasakan adanya perubahan sikap dan perilaku, membantu membentuk mental yang lebih baik disaat diterpa permasalahan dan tentunya dapat membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Keberhasilan pelaksanaan bimbingan konseling Islam berbasis pengalaman outbound ini tidal lepas dari peran guru BK, lima guru BK yang ada mempunyai kompetensi dibidangnya, juga dari pihak sekolah yang menyediakan sarana pra sarana yang mendukung yaitu ruang konseling yang kondusif, masjid dan perpustakaan yang representatif. Namun di samping itu ada beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan bimbingan konseling Islam ini diantaranya: kurangnya keterbukaan dari siswa yang bermasalah, kurangnya minat dari para siswa untuk berkonsultasi kepada guru BK dan kurangnya pengawasan dari pihak keluarga terhadap siswa yang mempunyai masalah.