Daftar Isi:
  • Film merupakan gambaran dari realitas kehidupan yang terjadi di masyarakat. Selain memberikan hiburan, film juga memberikan informasi dan edukasi bagi penonton, dan keteladanan dari bentuk toleransi beragama dapat disampaikan melalui media film. Salah satunya film “Cahaya dari Timur: Beta Maluku”. Film yang mengangkat kisah nyata kehidupan Sani Tawainela, seorang tukang ojek dan mantan pemain Tim Nasional U-15 Indonesia yang gagal menjadi pemain profesional di Piala Pelajar Asia tahun 1996, ingin menyelamatkan anak-anak di kampungnya dari konflik agama di Maluku melalui sepak bola. Sikap toleransinya terhadap pemeluk agama lain, membuahkan hasil yang baik yaitu persatuan di Maluku. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana toleransi beragama direpresentasikan dalam film “Cahaya dari Timur: Beta Maluku” dan Apa makna toleransi beragama yang direpresentasikan dalam film “Cahaya dari Timur: Beta Maluku”. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan observasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan sifat interpretatif dan menggunakan teknik analisis semiotik John Fiske dan Roland Barthes, yaitu realitas-representasi-ideologi serta untuk mencari makna yaitu dengan denotasi-konotasi dan mitos terhadap visual image atau gambar dan dialog film, yang peneliti teliti adalah scene yang mengandung bentuk toleransi beragama. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat empat macam toleransi beragama dalam film “Cahaya dari Timur: Beta Maluku”, yaitu: mengakui hak setiap orang dalam scene 2, menghormati keyakinan orang lain dalam scene 79 dan 166, agree in disagreement (setuju dalam perbedaan) dalam scene 96 dan 65, serta saling mengerti dalam scene 97 dan 78.