Etika Perdamaian (Telaah atas Pemikiran Maulana Wahiduddin Khan)

Main Author: Rahman, Luthfi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/56/1/Luthfi_Tesis_Bab1.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/56/2/Luthfi_Tesis_Bab5.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/56/
Daftar Isi:
  • Tesis ini mencoba memaparkan diskursus perdamaian dalam perspektif etika Islam dengan mengkaji pemikiran tokoh. Maulana Wahiduddin Khan adalah tokoh yang menjadi objek kajian. Kehidupannya tidak lepas dari persinggungan konflik/kekerasan baik terhadap penjajah maupun konflik antar agama Hindu-Muslim di India. Bagaimana sebenarnya dia memandang dan mensikapi konflik/kekerasan tersebut dan usaha apa yang dia lakukan demi terwujudnya kondisi damai di negara tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka (library research). Peneliti menganalisa data yang telah terkumpul menggunakan metode content analysis dengan pendekatan hermeneutika, yakni menganalisa data yang terkandung pada keseluruhan teks karya Maulana Wahiduddin Khan dengan memberlakukan interpretasi yang mengacu pada konteks historis situasional yang terdapat dalam data-data tersebut. Hasil temuan menyatakan bahwa secara teologis, etika perdamaian Maulana Wahiduddin Khan didasarkan atas prinsip tauh}i>d (the concept of unity) yang memberikan pengakuan bahwa alam dan semua isinya diciptakan oleh Allah. Semua ciptaan-Nya merupakan satu kesatuan dalam kerangka makhluk ciptaan Allah. Hal tersebut sebagaimana tergambar dalam misinya untuk menyebarluaskan konsep rencana penciptaan Tuhan (the creation plan of God). Landasan teologis ini menekankan persatuan antar umat dalam kerangka kemajemukan. Landasan ini juga merupakan landasan etis filosofis baginya. Maulana Wahiduddin Khan memandang bahwa untuk menciptakan perdamaian maka ideologi perdamaian harus tertanam dalam diri seseorang sebagai anti-tesa dari ideologi kekerasan/konflik. Untuk menyemaikan ideologi perdamaian tersebut hal yang dilakukan adalah melalui spiritualitas/revolusi ruhaniah. Secara tehnis, perdamaian spiritual baginya dilakukan melalui dua cara: Pertama, yakni seni konversi (art of conversion) yang dilakukan dengan cara merubah pikiran negatif seperti kebencian, nafsu, amarah, kesombongan, keserakahan dan sebagainya menjadi pikiran positif dengan berusaha mengontrol diri/nafsu dengan menghindarinya. Kedua, seni dekondisi pikiran (art of deconditioning mind) yang dilakukan melalui anti-self thinking dengan menghilangkan pengaruh-pengaruh buruk yang datang dari kondisi external berupa pengaruh masyarakat maupun sebuah komunitas lain. Pola treatment perdamaian yang dilakukannya adalah peace-making yakni respon terhadap kekerasan kultural (cultural violence) yang dilakukan dengan melibakan aktor dalam formasi baru dengan mengubah sikap dan asumsi mereka. Demikian juga karakter dari perdamaiannya adalah pencegahan konflik/kekerasan. Agenda utama dalam model ini adalah mewujudkan nilai-nilai kemanusian dalam bentuk menciptakan kesatuan antar mereka yang terlibat konflik dalam bingkai konsensus bersama.