Konsep jiwa yang tenang dalam surat al-Fajr ayat 27-30 dan implementasinya dalam kesehatan mental :analisis bimbingan konseling Islam

Main Author: Zulianto, Fajar Nur
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/4928/1/091111018.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/4928/
Daftar Isi:
  • Alqur’an menjelaskan bahwa ada beberapa tingkatan jiwa dalam diri manusia atau biasa dikenal dengan tingkatan nafsu yaitu nafsu amarah, nafsu lawwamah, dan nafsu muthmainnah. Adapaun nafsu ammarah dijelaskan dalam QS Yusuf ayat 53 yang berarti nafsu yang selalu mengajak kejelekan atau kemungkaran, sedangkan nafsu lawwamah diuraikan pada QS al-Qiyamah ayat 2 bahwa dia adalah nafsu yang selalu mengajak untuk menjaga eksistensinya sebagai manusia atau jiwa yang amat menyesali diri sendiri. Adapun nafsu muthmainnah terurai pada QS al-Fajr ayat 27, yang kebanyakan orang diartikan sebagai nafsu yang selalu mengajak kebaikan. Berangkat dari problema tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai makna jiwa yang muthmainnah dalam al-Qur’an surat al-fajr ayat27-30 dan implementasinya dalam kesehatan mental Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yaitu penelitian yang menitiberatkan pada literature dengan cara menganalisis muatanisi dari literatur-literatur yang terkait dengan penelitian baik dari sumber primer maupun sekunder. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan metode deskriptif-analisis yakni menuturkan, menggambarkan, dan mengklasifikasi secara obyektif data yang dikaji sekaligus menginterpretasikan dan menganalisis.Sehingga dapat melahirkan suatu uraian yang utuh tentang konsep jiwa yang tenang dalam Surat al-Fajr ayat 27-30 (Analisis Bimbingan dan Konseling Islam). Peneliti membatasi konsep al-Qur’an tentang jiwa yang tenang saja yang terkandung dalam Surat al-Fajr ayat 27-30, kemudian mengemukakan arti kosa kata serta menjelaskan tentang hubungan ayat-ayat tersebut dengan ayat sebelum maupun sesudahnya sekaligus membahas tentang asbabun nuzul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa al-Nafs al-muthmainnah (Jiwa yang tenang) adalah jiwa yang beriman, bertaqwa, dan yaqin serta selalu suci (bersih) dari dorongan hawa nafsu. Dengan empat dasar yaitu keimanan, ketaqwaan, keyakinan, dan kesucian akan mendapatkan jiwa yang tenang dan mengubah pola berfikir manusia dalam menghadapi kegagalan. Agar setiap individu mampu hidup dengan tenang maka individu perlu adanya bimbingan dan konseling Islam untuk membantu mencapai hidup yang tenang sehingga dapat membangun kesehatan mental agar bisa hidup secara seimbang dan tentram