Difabilitas dalam Al-Qur’an

Main Author: Khoiriyah, Rofi’atul
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/4521/1/104211073.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/4521/
Daftar Isi:
  • Sekarang ini para penyandang difabel masih sering kali dipandang sebelah mata bagi masyarakat luas, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor beberapa diantaranya disebabkan oleh keterbatasan mereka untuk melakukan suatu aktivitas dan keterbatasan mereka terhadap kemampuan fisik mereka. Pandangan masyarakat yang negatif terhadap kelompok difabel juga menyebabkan kelompok tersebut sulit untuk mendapatkan kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dengan masyarakat lainnya di segala aspek kehidupan dan penghidupan Adapula mitos di masyarakat dahulu bahwa (orang yang lahir) difabel adalah produk gagal. Mereka lahir sebelum sempurna untuk dilahirkan. Sebagian masyarakat mempercayai bahwa difabilitas yang dialami seseorang adalah akibat dari perbuatan yang melanggar norma sosial dan agama. Mitos lain menggambarkan difabel sebagai hukuman/kutukan yang patut diterima oleh seseorang atas kejahatan yang dilakukannya, baik langsung atau pun tidak langsung. Padahal dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa Islam sangat melarang keras taskhir (menghina dan merendahkan) orang lain dengan alasan apa pun, seperti karena bentuknya, warna kulitnya, agamanya dan lain-lain. Dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Difabilitas Dalam al-Qur’an”. Dengan rumusan masalah, pertama, bagaimana eksistensi difabel dalam al-Qur’an. Kedua, Bagaimana perhatian al-Qur’an terhadap penyandang difabel. Metode dalam penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan. Sedangkan dalam pengolahan data, metode yang digunakan penulis adalah metode tafsir maudhu’i. Dengan sumber primernya kitab tafsir Ibnu Katsir, al-Maraghi dan al-Mishbah. Data sekundernya berupa literatur lainnya yang relevan dan yang mendukung dengan judul di atas. Dengan pendekatan metodologi tersebut, penulis menemukan beberapa penemuan bahwa al-Qur’an menyebutkan 2 jenis difabel yaitu tunanetra dan tunadaksa, yang dalam al-Qur’an memberikan perhatian penuh terhadap kaum difabel, yakni dengan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya, baik seseorang dalam keadaan cacat atau sempurnanya, yang dinilai Allah ialah ketaqwaan dan keimanannya saja.