Studi analisis metode Thierry Legault tentang Ru’yah Qabla Al-Ghurūb

Main Author: Shobaruddin, Muhammad
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/4306/1/112111083.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/4306/
Daftar Isi:
  • Masalah perbedaan penetapan awal bulan Qamariyah khususnya Ramaḍān, Syawwāl dan Żulhijjah di Indonesia masih belum menemukan solusi. Keberhasilan Thierry Legault dalam melakukan pemotretan Bulan sabit sesaat setelah Ijtima’ di siang hari dengan teknik Astrofotografi memunculkan harapan baru. Adalah Agus Mustofa seorang sarjana Teknik Nuklir UGM dan penulis buku Diskusi Tassawuf Modern, yang berinisiatif untuk mengadopsi teknik Astrofotografi sebagai metode Ru’yah Qabla al-Ghurūb. Berbagai kalangan berpendapat dengan metode Ru’yah Qabla al-Ghurūb menggunakan teknik Astrofotografi ini akan mampu menjadi solusi terhadap perbedaan penetapan awal bulan Qamariyah di Indonesia. Oleh karena itu, penulis mencoba meneliti terkait Ru’yah Qabla al-Ghurūb dengan teknik Astrofotografi sebagai solusi atas perbedaan penetapan awal bulan Qamariyah di Indonesia. Penelitian ini mengkaji terkait hilāl hasil Astrofotografi dari sudut pandang syar’i khususnya menurut Imam Mażhab Syafiiyyah. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah Library Research dengan menggunakan pendekatan Metode Analisis Kualitatif. Sumber data primer merupakan buku Astrophotography karya Thierry Legault dan kitab al-Umm karya Imam Syafii. Sedangkan yang menjadi sumber data sekunder beberapa dokumentasi video, dokumentasi gambar, hasil wawancara dan artikel yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hilāl hasil Ru’yah Qabla al-Ghurūb dengan teknik Astrofotografi, menurut Imam Mażhab Syafiiyyah tidak bisa dijadikan sebagai pertanda masuknya awal bulan baru Qamariyah. Hasil analisis penulis, hilāl hasil Ru’yah Qabla al-Ghurūb juga bertentangan dengan konsep Wujudul Hilāl dan Imkanur Ru’yah. Sebab meskipun hilāl tampak di siang hari, tetapi saat Matahari terbenam Bulan berpotensi masih berada di bawah ufuk. Sehingga belum bisa menjadi solusi terhadap perbedaan penetapan awal bulan Qamariyah di Indonesia.