Daftar Isi:
  • Pembelajaran Akhlaq di Sekolah Menengah Atas (SMA) biasanya lebih menekankan pada metode ceramah, dan cenderung berpusat pada guru (teacher centered) sehingga pembelajaran yang ada kurang efektif. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Kesatrian 2 Semarang, menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa masih rendah (ketuntasan belajar klasikal masih sebesar 66,15%). Hal ini salah satunya disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapkan guru kurang variatif (penjelasan teori dilanjutkan dengan menulis secara individual). Penelitian ini mencoba menerapkan model pembelajaran active debate. Alasan pemilihan model ini karena diperkirakan akan mampu mengatasi permasalahan di atas, yaitu meningkatkan aktivitas belajar siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa, serta sekaligus meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dirancang 3 siklus dengan 5 kali pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI.1 SMA Kesatrian 2 Semarang semester genap yang berjumlah 40 orang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 21 siswi perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Mei 2010. Setelah melakukan aplikasi model, observasi proses, evaluasi hasil, dan refleksi perilaku pembelajaran sebanyak tiga siklus, diperoleh data bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran active debate dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek akhlak. Hasil selama proses pembelajaran berupa tes dan observasi mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 57.50% menjadi 67.50% pada siklus II, dan dari siklus II 67.50 menjadi 87.50% pada siklus III ini berarti ketuntasan individual dan klasikal sudah tercapai.