Daftar Isi:
  • Anak asuh Di Balai Rehabilitasi Sosial “Distrarastra” Pemalang memiliki latarbelakang yang sama berasal dari keluarga yang kurang mampu dan ditelantarkan atau tidak memiliki orang tua sehingga dalam pendidikan terutama mengenai pendidikan informalnya dan khususnya mengenai kepercayaan diri tidak diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kepercayaan diri anak asuh di Balai Rehabilitasi Sosial “Distrarastra” Pemalang, dan untuk mengetahui serta menganalisis bagaimana pelaksanaan bimbingan keagamaan yang diterapkan di Balai Rehabilitasi Sosial “Distrarastra” Pemalang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tentang bimbingan keagamaan terhadap anak penyandang tuna netra untuk menumbuhkan kepercayaan diri di Balai Rehabilitasi Sosial “Distrarastra” Pemalang, yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk uraian kata-kata atau tulisan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi dan metode wawancara. Temuan dari penelitian yang dilakukan adalah, bimbingan keagamaan terhadap anak penyandang tuna netra untuk menumbuhkan kepercayaan diri di Balai Rehabilitasi Sosial “Distrarastra” Pemalang. Dimana kondisi anak tuna netra pada awal masuk panti asuhan banyak yang tidak memiliki percaya diri. Bahkan mereka merasa ada yang putus asa dengan kehidupan yang mereka alami. Untuk itu diperlukan penanganan yang intensif, khususnya dalam menumbuhkan kepercayaan diri mereka melalui bimbingan keagamaan. Untuk dapat menumbuhkan kepercayaan diri pada anak tuna netra diperlukan berbagai upaya yang sungguh-sungguh. Bimbingan keagamaan dilaksanakan secara terjadwal setiap hari jumat jam 15.30. Pengasuh dalam hal ini memberikan bimbingan keagamaan setiap pagi dan sore pada anak asuh, yang materinya meliputi: materi aqidah, materi syariah dan materi akhlak. Praktek keagamaan diwujudkan dengan shalat berjama’ah, membaca Al-Qur’an, Fiqih, Nahwu, dll. Peranan bimbingan keagamaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Distrarastra” Pemalang dengan pendekatan bimbingan keagamaan untuk memberi motivasi tentang keislaman baik dari segi lahiriyah maupun rohaniah, hal ini penting karena mental pribadi seseorang itu butuh motivasi yang kuat untuk mengisi agar dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak penyandang tuna netra. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi semua pihak di Balai, terutama bagi para pengasuh, dan pihak terkait. Agar pelaksanaan bimbingan keagamaan di Balai lebih terprogram dengan baik dan ditambah dengan materi-materi baru.