Daftar Isi:
  • Penelitiaen ini dilatarbelakangi oleh berbagai persoalan yang muncul dalam dunia pendidikan akibat terjadinya dekadensi moral masyarakat yang sebagian besar dilakukan generasi muda yang notabenenya masih menyandang predikat peserta didik atau masih terikat dalam lembaga pendidikan formal. Ketidak seimbangan antara input intelektualitas dan pembentukan karakter ini menimbulkan sikap skeptis dari kalangan masyarakat terhadap kemampuan pendidik sebagai agen pendidikan yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan peserta didik baik spiritual, intelektual, moral, estetika, maupun kebutuhan fisik peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensinya yang meliputi potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Sikap ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran akan pentingnya mengintegrasikan peran orang tua, guru dan masyarakat sebagai serangkai pendidik yang masing-masing menempati peran vital dalam pembentukan peserta didik yang paripurna dalam hal intelektual, akhlak dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1). Makna pendidik dalam pendidikan Islam, 2). Pandangan Hamka tentang pendidik dalam pendidikan Islam, 3). Relevansi pemikiran Hamka dengan pendidikan Islam sekarang. Berdasarkan data-data yang terkumpul dalam bentuk deskripsi (tulisan), maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, dimana peneliti mengkaji pemikiran seorang tokoh baik itu persoalan-persoalan, situasi, atau kondisi yang mempengaruhi terhadap pemikirannya. Pendekatan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemikiran seorang tokoh yaitu dengan cara meneliti karya-karyanya dan biografinya. Selanjutnya peneliti menggunakan metode filsafat Hermeneutik untuk mencari arti dan makna dari sebuah teks untuk ditelaah sehingga ditemukan maknanya yang terdalam dan laten untuk dibawa ke zaman sekarang. Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan antara pendidik dalam keluarga (orang tua), sekolah (guru) dan masyarakat (komunitas sosial) adalah sangat terkait dalam rangka mengembangkan semua potensi yang dimiliki anak didik menuju perkembangan yang optimal. Untuk mendukung komunikasi antara orang tua, guru dan masyarakat; Hamka menjadikan Masjid Al-Azhar sebagai tempat bersilaturrahmi antara guru dan orang tua untuk membicarakan perkembangan peserta didik. Pemikiran ini bisa dikembangkan lebih jauh dengan banyak cara seperti kunjungan ke rumah, Case conference, membentuk badan pembantu sekolah, surat menyurat, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.