Studi komparatif sistem penanggalan Jawa Pranata Mangsa dan sistem penanggalan Syamsiah yang berkaitan dengan sistem musim
Daftar Isi:
- Sistem penanggalan Pranata Mangsa merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Jawa yang berkaitan dengan pengelolaan pertanian berdasarkan pada kejadian-kejadian alam. Seiring berjalannya waktu, teknologi pun semakin canggih dan dianggap lebih baik, yaitu prakiraan cuaca dari BMKG. Sistem penanggalan Jawa Pranata Mangsa tentu saja memiliki perbedaan dengan sistem penanggalan syamsiah yang berkaitan dengan musim yang diperkirakan oleh BMKG. Penanggalan Pranata Mangsa yang umurnya jauh lebih tua dari prakiraan BMKG masih ada yang menggunakan. Hal ini menunjukkan bahwa penanggalan Pranata Mangsa dipercaya masyarakat, akan tetapi apakah sistem ini masih dapat dipergunakan? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem penanggalan Jawa Pranata Mangsa dan sistem penanggalan Syamsiah yang berkaitan dengan sistem Musim dan mengetahui analisis komparatif diantara keduanya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif dengan desain penelitian deskriptif kualitatif analitik dan komparatif. Jenis data bersifat library research yang didalamnya menggunakan sumber data utama berupa buku Qamarulsyamsi Adammakna yang membahas tentang penanggalan Jawa Pranata Mangsa dan data yang ada di BMKG yang berkaitan dengan musim dan sumber data pendukung seperti hasil wawancara, literatur-literatur yang bertalian erat dengan sistem penanggalan Jawa Pranata Mangsa dan penanggalan Syamsiah yang berkaitan dengan sistem musim. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan Awal Musim Hujan dan Awal Musim Kemarau di Kabupaten Sukoharjo Surakarta pada tahun 2009 – 2013 pada sistem Pranata Mangsa secara umum mundur/lebih lambat dari perhitungan sistem tersebut, meskipun begitu terdapat satu tahun yang sama dengan Pranata Mangsa yaitu tahun 2011, terjadi pada Mei dasarian II (Kasa). Penanggalan ini masih tetap dapat diandalkan dalam hal pengamatan atas gejala alam karena petani perlu beradaptasi apabila terjadi perubahan dengan mengubah pola tanam. Terdapat inrelevan antara penanggalan Pranata Mangsa dengan musim yang sebenarnya berlangsung, bahkan bisa dikatakan penanggalan ini masih belum bisa secara konsisten menyesuaikan dengan fenomena iklim yang sebenarnya karena sebagian flora dan fauna yang menjadi indikator penanda musim banyak yang hilang. Tentu lebih konsisten jika menentukan musim dengan mengkomparasikan sistem penanggalan Masehi atau dari penentuan prakiraan BMKG agar mendapatkan hasil yang maksimal untuk pertanian dan perkebunan.