Model rehabilitasi sosial gelandangan psikotik berbasis masyarakat di Panti Rehabilitasi Sosial Nurussalam Sayung Demak
Main Authors: | Karnadi, Karnadi, Al-Kundarto, Sadiman, Masrur, Moh., Musyafiq, Ahmad, Nurhidayah, Siti |
---|---|
Format: | Monograph NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
ORSOS LEMBARAN MAS MURNI (LMM)
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19734/1/MASRUR%20-%20MODEL%20REHABILITASI%20SOSIAL.pdf https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19734/ |
Daftar Isi:
- Diantara problem sosial saat ini yang menjadi beban berat pembangunan nasional adalah gelandangan. Sebagai masalah sosial, gelandangan diduga telah ada sejak ciri-ciri kehidupan kota mulai timbul. Dampak modernisasi, industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat, sehingga ditengarai berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap timbul dan berkembangnya gejala yang disebut gelandangan itu. Gelandangan boleh jadi dampak sosial, ketika orang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan, pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan (stress) pada dirinya. Ketegangan merupakan faktor pencetus, penyebab atau akibat dari suatu penyakit mental, sehingga taraf kesehatan fisik dan kesehatan jiwa seseorang dapat berkurang atau menurun. Penelitian tentang Model Rehabilitasi Sosial Gelandangan Psikotik berbasis masyarakat di Panti Rehabilitasi Sosial “Nurussalam” Sayung Demak, penting untuk dilakukan dalam rangka merespon program pemerintah tentang bebas gelandangan yang selama ini sedang digalakkan. Model rehabilitasi ini dimaksudkan sebagai kerangka berfikir untuk mencoba menjelaskan seluk-beluk panti rehabilitasi sosial “Nurussalam” dalam memberikan terapi penyembuhan terhadap klien. Hasil rehabilitasi sosial gelandangan psikotik di Panti Rehabilitasi Sosial Gelandangan Psikotik “Nurussalam“ Ngepreh, Sayung, Kabupaten Demak secara komprehensip meliputi : bimbingan sosial, medik, herbal, fisik, rekreatif dan pemberdayaan di bidang ekonomis produktif dengan terapi religius model pondok pesantren lebih manusiawi, karena memandang manusia secara utuh meliputi : fisik, mental maupun sosial, berdampak positif pada upaya secara langsung menghilangkan stigma masyarakat, sehingga tingkat kambuh relatif kecil; Tingkat penyembuhan lebih optimal, terlebih-lebih setelah difasilitasi Hydrotherapy by shower lebih efektif dan efisien. Karena terdapat kenaikan jangkauan pelayanan dari model manual hanya bisa melayani 30 orang per malam dengan 3 shower bisa menjadi 90 orang ( 300 % ) per malam. Penggunaan Hydrotherapy by shower dapat merangsang kesadaran syaraf sensoris, sehingga klien dapat mudah tidur dan selanjutnya merangsang tingkat kesadaran diri yang tinggi yang berdampak positif untuk mudah disembuhkan.