Bioregionalisme Sonny Keraf dalam perspektif Islam

Main Author: Rohmawan, Ahmad Nor
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19490/1/1704016071_AHMAD%20NOR%20ROHMAWAN_Full%20Skripsi%20-%20ANR%20Rohmawan.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19490/
Daftar Isi:
  • Karya tulis ini berjudul “Bioregionalisme Sonny Keraf Dalam Perspektif Islam”. Latar belakang dari penelitian ini adalah tentang kesalahan manusia memilih paradigma antroposentris yang memandang alam dengan secara mekanistis-reduksionistis. Alam direduksi sebagai mesin yang hanya terdiri dari bagian-bagian yang terpisah tanpa ada nilai instrinsik di dalamnya, sehingga manusia merasa bebas untuk mengeksploitasinya. Secara berkepanjangan ini akan menciptakan krisis-krisis yang suatu saat berakumulasi menjadi bencana lingkungan hidup. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep bioregionalisme Sonny Keraf dalam perspektif Islam. Adapun tujuannya adalah untuk memahami bagaimana Islam melegitimasi konsep bioregionalisme Sonny Keraf dengan ajaran-ajaran yang di dalamnya. Penelitian ini memakai metode kualitatif dengan jenis penelitian studi kepustakaan, dengan menerapkan pendekatan refleksi-fiolosofis. Proses analisis data menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan memaparkan data-data yang telah diperoleh untuk kemudian dianalisis guna memperoleh kesimpulan. Hasil dari penelitian adalah bahwa dalam pandangan Islam manusia sebagai khalifatullah atau wakil Allah di bumi memiliki tugas untuk mengelola alam secara bioregional. Menurut Sonny Keraf, bioregionalisme adalah sebuah kesadaran ekologis untuk menciptakan budaya masyarakat yang mampu secara swadaya, swasembada, dan swakelola dalam mencukupi kebutuhannya dengan mengelola hasil alam sekitar. Bioregionalisme mengajak manusia modern untuk kembali kepada aspek lokalitas dari kearifan lokal dari nenek moyang. Manusia modern harus mampu menggali makna-makna yang terkandung dalam tradisi yang diwarisi dari nenek moyang sebagai solusi untuk menjawab fenomena alam yang mulai sulit untuk dipahami. Menurut Islam, manusia harus kembali dari keterlenaan antroposentris untuk kembali menerapkan pola hidup bioregionalis dengan basis pembelajaran dari akibat baik dan buruk dari sikap arif para leluhur yang mengakrabi alam dengan sikap hormat. Solusi dari krisis-krisis lingkungan hidup dan bencana alam adalah dengan meneguhkan status sebagai khalifatullah yang mengelola alam dengan sudut pandang bioregionalisme yang sejalan dengan pandangan Islam lewat ayat-ayat Al-Qur’an. Bioregionalisme juga diperteguh dengan jargon Hubbul Wathon Minal Iman yang menjelma sikap nasionalisme atas rasa kepemilikan tanah air sebagai tempat yang berjasa sejak lahir hingga terbentuk status sosial. Maka dari itu, menjadi manusia pengelola alam dengan cara pandang paradigma bioregionalisme telah menegaskan status sebagai mahluk ekologis.