Ḥadiṡ relasi pemimpin dan rakyat dalam perspektif qirā’ah mubādalah

Main Author: Azmi, Muhammad Faiq
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19000/1/1604026083_Muhammad%20Faiq%20Azmi_Full%20Skripsi%20-%20faiq%20azmi.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19000/
Daftar Isi:
  • Kepemimpinan merupakan bagian yang penting dalam ajaran Islam. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa pemahaman atas teks keagamaan tentang kepemimpinan cenderung mutlak mengkultuskan pemimpin dan bernuansa ketaatan mutlak dari rakyat kepada pemimpinnya. Sedangkan jika dilihat dalam beberapa hadis, ditemukan hadis-hadis yang menggambarkan sebaliknya. Ketaatan kepada pemimpin tidak mutlak, bahkan menegur pemimpin mendapatkan pahala jihad, dan sebagainya. Perspektif Qirā’ah Mubādalah sebagai metode baru dalam membaca teks keagamaan yang bersifat relasional dapat digunakan untuk memberikan sudut pandang baru atas hadis-hadis tentang relasi antara pemimpin dan rakyat. Sehingga dapat dihadirkan pemaknaan yang seimbang dan berkesesuaian dengan tujuan kemaslahatan islam. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) maka teknik pengambilan datanya menggunakan teknik pengumpulan dokumentasi. sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab-kitab hadis yang termasuk dalam kategori Kutub at-tis’ah yang diakses melalui aplikasi Maktabah asy-Syāmilah. Sedangkan perspektif Qirā’ah Mubādalah digali melalui karya Faqihuddin Abdul Kodir, dilengkapi dengan berbagai sumber lainnya. Setelah dilakukan pencarian hadis, kemudian diklasifikasikan. Ditemukan bahwa hadis tentang relasi pemimpin dan rakyat dapat dibagi menjadi tujuh jenis: a. Pahala Bagi Pemimpin yang Berbuat Adil, b. Ancaman Untuk Pemimpin yang Zalim, c. Perintah bagi rakyat untuk taat terhadap pemimpinnya d. Larangan bagi rakyat menentang pemimpinnya, e. Ancaman bagi rakyat yang membantu pemimpin zalim, f. Perintah untuk rakyat menegur pemimpinnya, g. Pemimpin dan rakyat yang saling mencintai. Hadis-hadis yang sudah ditemukan gambaran relasinya, kemudian digali maknanya menggunakan tiga langkah pemaknaan khas perspektif Qirā’ah Mubādalah. Hasilnya, dapat ditemukan bahwa secara umum, hadis-hadis relasi pemimpin dan rakyat dapat dimaknai ulang menggunakan perspektif Qirā’ah Mubādalah. Hadis yang berpesan tentang ancaman siksa atas rakyat, setelah dilihat menggunakan perspektif Qirā’ah Mubādalah dapat dipahami bahwa ancaman tersebut bisa juga mengancam pemimpin. Begitu pula hadis tentang pahala jihad maupun ancaman tidak diakui oleh nabi, kedua hadis tersebut, jika dilihat dari perspektif Qirā’ah Mubādalah bisa menjadi pahala dan ancaman bukan hanya bagi rakyat namun juga bisa mengancam pemimpinnya.