Makna qiwāmah dalam Qs. An-Nisā’ [4]: 34 perspektif qirā’ah Mubādalah Faqihuddin Abdul Kodir

Main Author: Safitri, Heti Nor
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/17648/1/1704026187_HETI%20NOR%20SAFITRI_Full%20Skripsi-dikonversi%20-%20Heti%20Safitri.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/17648/
Daftar Isi:
  • Qiwāmah atau kepemimpinan identik diperuntukkan dan diperankan oleh laki-laki. Oleh karena itu, apabila terdapat perempuan yang memimpin, ia kurang mendapatkan perhatian dan pengakuan, bahkan tidak dianggap. Meskipun pada realitanya, tidak jarang perempuan yang memimpin baik di ranah publik ataupun di ranah domestik. Kepemimpinan laki-laki ini dilegitimasi dengan QS. an-Nisā [4]: 34. Masalah utamanya terletak pada pemaknaan tekstual pada ayat ini yang memunculkan anggapan bahwa ketentuan qiwāmah ini hanya berlaku bagi laki-laki karena dalam redaksi ayat tersebut laki-laki merupakan subjek yang disapa dan perempuan yang dibicarakan dalam ayat tersebut. Padahal berdasarkan kaidah inklusi, apabila suatu teks terdapat satu jenis kelamin menjadi sebab atas kemaslahatan atau kemadharatan bagi jenis kelamin lain, keduanya dapat masuk dalam pesan yang sama dalam teks melalui cara timbal balik, kesalingan, atau Faqihuddin menyebutnya sebagai qirā’ah mubādalah . Pada penelitian ini, penulis mencoba menganalisis pandangan qirā’ah mubādalah Faqihuddin Abdul Kodir terhadap makna qiwāmah dan implementasinya pada konteks masa kini. Jenis penelitian ini penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan (library research). Adapun metode analisis menggunakan deskriptif-analitis. Metode deskriptif digunakan untuk mendefinisikan qiwāmah dan qirā’ah mubādalah, sedangkan metode analitis digunakan untuk mengetahui atau menemukan makna qiwāmah perspektif qirā’ah mubādalah. Selanjutnya untuk metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi melalui pengumpulan tafsir, tulisan jurnal, artikel, dan buku yang relevan. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah 1) pandangan Faqihuddin mengenai qirā’ah mubādalah terhadap makna qiwāmah pada QS. An-Nisā’ [4]: 34 menghasilkan pemaknaan yang setara, yakni secara mubādalah, ayat tersebut berlaku untuk laki-laki dan perempuan, sehingga qiwāmah dan kebutuhan nafkah rumah tangga pada prinsipnya merupakan tanggung jawab suami dan istri. Masing-masing dapat berbagi peran secara fleksibel dan saling bekerja sama dalam mengemban tugas dan amanah rumah tangga. 2) Implementasi makna qiwāmah pada QS. An-Nisā’ [4]: 34 perspektif qirā’ah mubādalah menciptakan relasi suami istri yang setara, harmonis, saling bersinergi, saling bekerja sama dan saling menghormati yang membawa pada keluarga sakinah.