Sistem penanggalan parhalaan Suku Batak dalam perspektif astronomi

Main Author: Rahmadi, Fadly
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/17490/1/Skripsi_1802046108_Fadly_Rahmadi.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/17490/
Daftar Isi:
  • Sejak zaman dahulu suku Batak telah tertarik kepada ilmu astronomi dan ilmu astrologi. Dilihat dari peninggalan budayanya, suku Batak memiliki sistem penanggalan yang disebut dengan Parhalaan. Penanggalan ini ditulis di sebuah bambu, tulang hewan dan kulit kayu. Penanggalan suku Batak ini mengurutkan hari dengan namanya masing-masing bukan dengan angka-angka. Parhalaan dalam satu tahunnya memiliki 12 bulan, dan di setiap bulannya terdiri dari 30 hari. Jadi satu tahunnya berisi 360 hari. Pada penilitian ini dibahas sistem penanggalan Parhalaan suku Batak dan keakuratannya dengan teori-teori astronomi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan kajian pustaka (Library Reseach). Metode pengumpulan datanya dengan dokumentasi dan wawancara. Sumber primer yaitu buku karya Uli Kozok yang berbujudul Surat Batak, Sejarah Perkembangan Tulisan dan Cap Sisingamangaraja XII dan buku Kalender Peramalan Batak yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara. Sedangkan data sekundernya adalah artikel dan penelitian yang berkaitan dengan Parhalaan. Penilitian ini menghasilkan dua temuan. Pertama, sistem penanggalan Parhalaan suku Batak menggunakan sistem Lunisolar yang menggunakan Matahari sebagai acuan pergantian tahun dan menggunakan Bulan sebagai pergantian Bulan. Temuan yang kedua berupa satu tahun Parhalaan suku Batak ini ternyata hanya memiliki 354 atau 355 hari tahun pendek, dan 384 atau 385 hari pada tahun panjang. Ini dikarenakan penanggalan Parhalaan ini memakai sistem Lunisolar yang artinya ada penambahan bulan ke 13 sekali dalam beberapa tahun.