Studi analisis kriteria ketinggian matahari terhadap kemunculan fajar sadik menurut perspektif Tono Saksono

Main Author: Zuhriyah, U'un Aidatuz
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/17313/1/Skripsi_1502046026_U_Un_Aidatuz_Zuhriyah.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/17313/
Daftar Isi:
  • Fuqoha bersepakat bahwa awal waktu Subuh ditandai dengan kemunculan fajar sadik. Adapun perbedaan yang ada disebabkan perbedaan dalam pemaknaan fajar dan tinggi Matahari. Kementerian Agama RI menetapkan mengenai kriteria posisi ketinggian Matahari awal waktu Subuh adalah 20 ̊ di bawah ufuk. Namun ternyata ketentuan yang ada mengalami berbagai kritikan di beberapa kalangan. Hal ini dipelopori oleh terbitnya artikel pada majalah Qiblati dan kumpulan tulisan di buku yang berjudul Koreksi Awal Waktu Subuh pada tahun 2010. Menurut Syaikh Mamduh Farhan al Buhairi dalam tukisan yang berjudul Salah Kaprah Awal Waktu Salat Subuh menyatakan bahwa awal waktu Subuh di Indonesia terlalu cepat hingga 24 menit. Berawal dari tulisan tersebut, Tono Saksono melakukan penelitian dan menyatakan bahwa awal waktu salat Subuh di Indonesia terlalu cepat. Dengan penelitian yang dilakukan, Tono Saksono mengusulkan bahwa kriteria ketianggian Matahari untuk awal waktu Subuh adalah sebesar -13 ̊. Kemudian dengan banyaknya diskursus perbedaan kriteria ketinggian Matahari untuk awal Subuh, Tim Hisab Rukyat Kemenag dan beberapa para ahli falak mengkaji kembali dengan menghasilkan kriteria yang sama dengan yang digunakan Kemenag. Hal inilah yang memicu perbedaan diberbagai kalangan sehingga dilakukan penelitian sebagai verifikasi penentuan awal waktu Subuh yang dilakukan oleh para ahli falak. Oleh karena itu kriteria ketinggian Matahari terhadap kemunculan fajar sadik yang diusung oleh Tono Saksonoserta bagai mana keakurasiaanya merupakan pokok permasalahan yang dikaji pada penelitian ini. Jenis penelitian yang digunakan adalah library research. Dalam peneletian ini penulis akan melakukan analisis terhadap kriteria ketinggian Matahari terhadap kemunculan fajar sadik menurut perspektif Tono Saksono dengan Thomas Djamaluddin. Kemudian dilakukan obeservasi langsung dengan menggunakan kamera dslr sebagai alat instrument penelitian. Hasil observasi tersebut akan digunakan sebagai pembanding dari kriteria ketinggian Matahari terhadap munculnya fajar sadik sebagai penentuan awal waktu Subuh yang beredar pada saat ini. Pada penelitian ini menghasilkan bahwa adanya berbagai perbedaan kriteria disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah faktor kondisi alam yang sangat mempengaruhi kemunculan fajar sadik. Dengan menggunakan instrument yang sama yaitu Sky Quality Meter dan kamera dslr menghasilkan hasil yang berbeda. Hasil pemrosesan data penelitian yang dilakukan Tono Saksono mengerucut pada nilai -13 ̊. Sedangakan Tim Hisab Rukyat Kemenag tetap pada kriteria sebelumnya yaitu -20 ̊. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis menghasilkan -17,9 ̊ selisih 8 hingga 10 menit lebih lambat dibanding dengan jadwal awal waktu salat oleh Kemenag RI. Adanya perbedaan dalam penentuan kriteria ketinggian Matahari untuk awal waktu Subuh adalah disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling utama adalah faktor yang berkaitan dengan alam seperti kondisi langit pada saat pengamatan.