Feminisme dalam perspektif Fatima Mernissi dan Ibnu Arabi
Main Author: | Prasetyana, Anggi Renita |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/16870/1/1404046036_Anggi%20Renita%20Prasetyana_Full%20Skripsi%20-%20Anggi%20Renita.pdf https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/16870/ |
Daftar Isi:
- Islam sebagai agama pembawa rahmat, diyakini telah menerapkan prinsip keadilan gender. Meski begitu, pandangan subordinatif terhadap perempuan masih saja berlaku. Hal inilah yang menjadi pencetus munculnya feminisme, yakni gerakan yang menentang ideologi, budaya dan simbol yang tidak adil terhadap perempuan. Feminisme memperjuangkan persamaan hak setiap orang sesuai dengan kapasitas kemuanusiaannya. Adalah Fatima Mernissi, seorang feminis Muslim yang menafsirkan kembali ayat-ayat dan hadis missogini dalam upayanya memperjuangkan hak perempuan. Namun, ia dianggap tidak memiliki kredibilitas yang mumpuni. Dalam tasawuf sendiri, Ibnu Arabi sebagai salah seorang tokoh sufi juga memiliki pandangan-pandangan unik mengenai perempuan, dimana perempuan dianggap sebagai lokus penampakan Tuhan yang paling sempurna. Tujuan penulisan karya ini untuk menggali konsep feminisme Fatima Mernissi serta memahaminya dalam perspektif tasawuf Ibnu Arabi. Karya tulis ini menggunakan metode penelitian kepustakaan. Adapun sumber data yang digunakan adalah data-data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari buku yang ditulis langsung oleh tokoh terkait, untuk data sekunder atau pendukung penulis dapatkan dari buku yang berkaitan dengan pokok masalah yang diangkat. Data akan dianalisa dengan content analysis atau analisis isi, dengan pendekatan deskriptif, interpretatif dan komparatif. Setelah data dikaji dan dianalisis, dapat disimpulkan bahwa konsep feminisme Fatima Mernissi sejalan dengan tasawuf Ibnu Arabi. Dimana dalam satu waktu perempuan memiliki derajat lebih tinggi, adakalanya setara pun lebih rendah dibandingkan laki-laki. Laki-laki memlikiki derajat lebih tinggi dari perempuan diakibatkan oleh mahar yang diberikan, sedangkan perempuan memiliki derajat setara dengan laki-laki dari sisi insaniyyah. Pun perempuan diyakini sebagai lokus penampakan Tuhan yang paling sempurna yang mana memiliki arti derajat perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.