Analisis semiotika Roland Barthes dalam tradisi Jemparingan Gagrak Mataram di komunitas Al Jawi Baturetno, Wonogiri, Jawa Tengah

Main Author: Rohhmadi, Yusuf
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/16810/1/1604016055_Yusuf%20Rohhmadi_Lengkap%20Tugas%20Akhir%20-%2012md%20Yusuf.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/16810/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini di latarbelakangi oleh ketertarikan peneliti terkait makna dibalik penggunaan simbol tertentu dalam di dalam tradisi Jemparingan Gagrak Mataram yang hingga saat ini masih dipertahankan dalam beberapa kelompok masyarakat yang tergabung dalam komunitas Al Jawi Baturetno Wonogiri. Penelitian ini mengungkap makna denotasi, konotasi dan mitos pada simbol-simbol yang digunakan dalam tradisi Jemparingan Gagrak Mataram di Komunitas Al Jawi. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriftif-analitis. Jemparingan gagrak Mataram adalah tradisi memanah gaya Mataram yang menggunakan busur panah berupa gandhewa, memanah dengan posisi duduk bersila, serta target sasaran berupa bandhul. Jemparingan memiliki nilai-nilai tradisi adhiluhung di dalamnya, dengan semiotika Roland Barthes akan di analisis secara kritis makna yang terdapat pada simbol-simbol yang digunakan pada jemparingan gagrak Mataram. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam tradisi jemparingan, memiliki makna denotasi, konotasi, dan mitos. Adapun simbol dalam tradisi tersebut antara lain adalah Gandhewa, Warastro, Bandhul, Khebber, Surjan, Blangkon, Lurik, Sinjang, Kamus Timang, Keris, Silo, Gladhen Jemparingan, Pamenthanging gandhewa Pamenthenging cipto, Sawiji, Greget, Sengguh, Ora mingkuh. Makna tradisi jemparingan gagrak Mataram adalah bahwa memanah tidak hanya milik Arab (dalam artian sunnah Islam) tetapi Jawa juga memiliki serta terdapat pesan sebagai relasi Islam Jawa dengan Islam Arab. Sehingga tanda dari jemparingan Al Jawi merupakan penanda dialog antar budaya, akulturasi budaya, pembahasa lokalan anjuran dari Nabi Muhammad SAW.