Konsep ilmu menurut Al Ghazali relevansinya dengan Unity Of Science
Main Author: | Arifin, Ahmad Zainul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/15126/1/1504016011_AHMAD%20ZAINUL%20ARIFIN_FULL%20SKRIPSI%20-%20Latif%20Asyhari%281%29.pdf https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/15126/ |
Daftar Isi:
- Semakin bertambah umur manusia mestinya semakin banyak pula perolehan pengetahuanya. Dilihat dari motif pengetahuan yang muncul maka pengetahuan ada dua cara. Pertama pengetahuan yang diperoleh begitu saja, tanpa adanya niat, tanpa usaha. Kedua pengetahuan muncul dari rasa ingin tahu, yakni pengetahuan yang diusahakan melalui pembelajaran. Kemunculan rasa ingin tahu manusia itu muncul dan sudah dari fitrah bagi manusia itu sendiri (Sunnatullah). Rasa ingin tahu bagian dari kepastian. Sebenarnya pengetahuan sains tidaklah sederhana itu. Pengetahuan sains harus berdasarkan logika. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana konesp Ilmu menurut Al-Ghazali dan Relevansinya dengan Unity of Science. Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dan hasil-hasil data diperoleh dari kajian kepustakaan dianalisis secara kualitatif dan kritis interpretatif. Masalah utama yang dikaji dalam skripsi ini adalah bagaimana konsep ilmu menurut Al-Ghazali relevansinya dengan Unity of Science. Al-Ghazali berpendapat bahwa untuk mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat, seseorang itu hendaklah mempunyai ilmu dan kemudian wajib untuk diamalkan dengan baik dan ikhlas. Pengetahuan ilmu (science), dapat diartikan secara sempit untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif, yang berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense dengan cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Keutamaan ilmu dapat menjadi penyebab manusia untuk mendapatkan derajat yang lebih baik. Melalui ilmu manusia dapat menzahirkan existensinya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agar seseorang sampai kepada hakikat itu haruslah ia tahu atau berilmu tentang hakikat itu. Kemudian ilmu mengetahui sesuatu menurut apa adanya, dan ilmu itu adalah sebagian dari sifat-sifat Allah