Studi analisis pemikiran Slamet Hambali tentang penentuan awal waktu salat periode 1980-2012
Daftar Isi:
- Salah satu sebab adanya perbedaan dalam jadwal waktu salat adalah karena adanya perbedaan dalam penggunaan koreksi. Baik koreksi untuk perluasan wilayah seperti ikhtiyat, maupun koreksi pada perhitungan seperti koreksi ketinggian tempat, refraksi serta kerendahan ufuk. Diantara ahli falak di wilayah Jawa Tengah yang menyusun jadwal waktu salat yang digunakan untuk Kota Semarang dan sekitarnya adalah Slamet Hambali. Slamet Hambali telah beberapa kali mengadakan revisi terhadap konsep perhitungannya. Namun perubahan ini bukan dari formulasi rumus yang digunakan tetapi dalam hal koreksi. Meliputi koreksi untuk mencari tinggi Matahari dan koreksi untuk perluasan jadwal, yaitu ikhtiyat. Maka dalam skripsi ini penulis akan membahas 1. Bagaimana konsep pemikiran Slamet Hambali dalam penentuan awal waktu salat 2. Apa saja aspek sosial yang mempengaruhi perubahan pemikiran Slamet Hambali dalam penentuan awal waktu salat ? Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode library research serta pendekatan historis. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami tentang fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya dalam persepsi, motivasi, tindakan dan lainnya secara holistik dan dengan cara deskritif, dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Untuk memperoleh hasil analisis yang tajam, penulis menggunakan metode metode deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan pertama pada awalnya Slamet Hambali mengikuti pedoman Saadoe’ddin Djambek dalam penentuan awal waktu salat. Namun kemudian Slamet Hambali melakukan beberapa kali perubahan. Perubahan tersebut adalah a). Penggunaan formulasi ketinggian tempat dalam penentuan tinggi Matahari saat terbenam, b) Pengambilan nilai ikhtiyat, yakni 2 menit untuk semua waktu dan 3 menit khusus untuk Zuhur, dan c) Formulasi baru untuk tinggi Matahari awal Isya’ dan Subuh, yakni menggunakan refraksi 0o 03’. Kedua, corak pemikiran Slamet Hambali merupakan sintesa kreatif antara ilmu falak dan ilmu astronomi. Dari kalangan ahli falak yang mempengaruhi pemikirannya adalah Kyai. Zubeir, serta Saadoe’ddin Djambek. Sedangkan dari kalangan astronomi adalah sejak keterlibatannya dalam lembaga-lembaga falak membawa Slamet Hambali bertemu dengan para ahli astronomi sehingga banyak memberikan pengaruh dalam pemikirannya. Diantara ahli astronomi tersebut adalah Thomas Djamaluddin, Moedji Raharto dan Hakim Malasan.